REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Eks Menteri Perikanan dan Kelautan Susi Pudjiastuti mengusulkan agar Kementerian Perdagangan (Kemendag) dibubarkan saja. Hal itu sebagai respons atas 'kalahnya' Kemendag melawan mafia minyak goreng. "Pendapat saya bubarkan saja Departemen Perdagangan," kata Susi melalui akun Twitter @susipudjiastuti dikutip Jakarta, Jumat (18/3/2022).
Susi mengusulkan pembubaran Kemendag setelah menjawab seorang warganet @ajinovianto yang mengusulkan agar Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi diganti. Warganet tersebut mengomentari berita tentang Lutfi yang meminta maaf tidak bisa mengontrol harga minyak goreng hingga melambung tinggi.
Hal itu setelah pemerintah memutuskan menaikkan harga eceran tertinggi (HET) minyak goreng dari Rp 14 ribu menjadi 24 ribu per liter demi mencegah hilangnya barang di pasaran. "Pak Jokowi kalau mendagnya gak bisa ngatur migor, sebaiknya ganti dengan Bu Susi Pudjiastuti supaya mafia-mafia ditenggelamkan di dalam minyak panas," katanya.
Tidak berhenti sampai di situ, Susi juga menyemangati agar Lutfi tidak kalah melawan korporasi yang menimbun stok minyak goreng hingga langka di pasaran. Dia menegaskan, negara tidak boleh kalah melawan swasta lantaran yang dirugikan adalah rakyat banyak. "Ayo dong Pak!" ucap Susi mengomentari akun @MendagLutfi.
Mendag Lutfi menegaskan, tak ada kata menyerah terhadap permasalahan komoditas pangan yang terjadi di Indonesia. Ia juga menegaskan, tak akan menyerah dihadapan para mafia-mafia pangan.
"Saya terima semua kritiknya, tetapi saya ingin menekankan bahwa tidak ada saya menyerah kepada mafia2, terutama mafia pangan," tegas Lutfi dalam rapat kerja dengan Komisi VI DPR di kompleks Senayan, Kamis (17/3).
Dia menjelaskan, kenaikan harga pangan memang menjadi permasalahan dunia dalam dua tahun terakhir, bahkan sebelum pandemi Covid-19. Masalah tersebut semakin diperparah dengan adanya invasi Rusia ke Ukraina yang turut mempengaruhi harga dan distribusi komoditas pangan.
Jelasnya, harga minyak goreng sebelum pandemi adalah sebesar sekitar 100 dolar AS dan bahkan menembus 430 dolar AS. Inflasi sudah terjadi di Amerika Serikat dan China sebelum pandemi Covid-19 dan perang antara Rusia dan Ukraina.
"Yang saya katakan, kesalahan yang tidak bisa saya prediksi dari saya itu adalah memprediksi akan terjadi perang yang membuat harga-harga loncat. Itu saya akui dengan sepenuh hati dari hari yang paling dalam," ujar Lutfi.
Baca: Ketua MUI Sumbar Kritik Politikus PKS yang Bela Mahyeldi Ikut Ritual Kendi Nusantara
Pendapat saya bubarkan saja dep perdagangan
— Susi Pudjiastuti (@susipudjiastuti) March 17, 2022