REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK — Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus memperingatkan konsekuensi perang yang akan sangat menghancurkan rakyat Ukraina. Perang mengganggu layanan medis dan akses pada obat-obatan.
"Obat yang dapat menyelamatkan nyawa yang saat ini kami butuhkan adalah perdamaian," kata Tedros, Kamis (18/3) kemarin.
Dalam pertemuan virtual di Dewan Keamanan PBB, Tedros mengatakan WHO sudah memverifikasi 43 serangan pada rumah sakit dan fasilitas kesehatan. Sebanyak 12 orang tewas dan 34 terluka dalam serangan-serangan invasi Rusia ke Ukraina.
"Gangguan layanan dan pasokan menimbulkan resiko ekstrem pada orang-orang yang memiliki penyakit jantung, kanker, diabetes, HIV dan TB yang merupakan penyebab kematian utama di Ukraina," katanya dalam rapat tersebut.
Kepala WHO itu mengatakan pengungsian dan kepadatan tempat penampungan masyarakat yang menghindari perang meningkatkan resiko penyakit seperti Covid-19, malaria, pneumonia dan Polio.
Ia menambahkan lebih dari 35 ribu pasien hendaya di rumah sakit psikiatri Ukraina dan fasilitas rawat jalan terancam mengalami kelangkaan obat-obatan, makanan, peralatan medis dan selimut.
Sejauh ini WHO sudah mengirim 100 metrik ton pasokan obat-obatan dan perangkat medis ke Ukraina. Cukup untuk 4.500 pasien trauma dan 450 ribu pasien pengobatan utama selama satu bulan.
Tedros mengatakan lembaganya sedang menyiapkan pengiriman 108 metrik ton pengiriman selanjutnya. Tedros mendesak pendonor untuk segera meningkatkan bantuan kemanusiaan di Ukraina. Mendanai dana kemanusiaan PBB sebesar 1,1 miliar dolar AS.