REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA – Sejak akhir 2020, Turki beberapa kali menyatakan kesiapan untuk melanjutkan hubungan dengan pemerintahan zionis Israel.
Dimana Presiden Recep Tayyip Erdogan pada pertemuan dengan komunitas Yahudi Turki dan anggota Aliansi Rabi di negara-negara Islam telah menyebut hubungan dengan Tel Aviv sebagai aksi vital dalam perjanjian menormalkan hubungan Israel-Turki.
Lampu hijau Erdogan untuk Israel mendorong kunjungan Presiden Israel Isaac Herzog ke Turki pada 9 Maret 2022 lalu.
Kedatangam Herzog ini atas undangan resmi Erdogan, yang kemudian kunjungan tersebut memicu reaksi besar-besaran bagi kelompok Islam Turki yang mendukung perjuangan Palestina.
Sikap Erdogan dari retorika bermusuhan hingga mengulurkan tangan persahabatan ke Israel ini menjadi sorotan. Dengan kunjungan Herzog ke Turki, dan sambutan presiden Turki kepada rezim Israel membuka kembali hubungan dua negara setelah tak bertemu selama 14 tahun.
Pertemuan itu bermula ketika pemerintah Erdogan memanggil duta besarnya dari Tel Aviv pada 2018 sebagai protes atas relokasi ibu kota Israel dari Tel Aviv ke Al Quds (Yerusalem).
Erdogan ikut memprotes ketika Uni Emirat Arab dan tiga negara Arab lainnya memulai proses normalisasi dengan pemerintah zionis Israel.
Ketegangan dan ancaman protes pernah dilayangkan pemerintah Turki terhadap tindakan Israel atas proyek pemukiman dan kekejaman terhadap Palestina.
Termasuk ketidakpuasan Tel Aviv dengan Turki atas dukungannya kepada Hamas dan izinnya untuk kegiatan kelompok Palestina di Ankara telah menyebabkan hubungan yang berantakan antara kedua negara.
Namun terlepas dari ketegangan seperti itu, faktor-faktor seperti krisis ekonomi Turki dan isolasi regional dan internasional negara itu telah membuat dimulainya kembali hubungan politik Ankara dengan Tel Aviv.
Baca juga: Tentara Israel Paksa Diplomat Muslim Taiwan Baca Alquran
Dibukanya hubungan kedua negara ini menjadi pilihan yang dapat diakses pemerintah Turki, karena itu secara resmi Erdogan mengundang presiden Israel untuk mengunjungi Turki.
Negara ini tampaknya telah mengubur hubungan permusuhan selama satu dekade dengan rezim zionis dan meninggalkan retorikanya untuk mendukung Palestina. Reaksi dalam dan luar negeri terhadap pertemuan Erdogan dan Herzog muncul.