REPUBLIKA.CO.ID, SURABAYA -- Wakil Gubernur Jawa Timur Emil Elestianto Dardak menyebut, kemiskinan ekstrem menjadi isu utama yang menjadi perhatian Pemprov Jatim. Emil berpendapat, dampak baik penurunan kemiskinan bukan hanya dirasakan oleh masyarakat perkotaan, tetapi juga perdesaan.
Emil meyakini, apabila kemiskinan ekstrem ditangani secara serius, maka kemiskinan secara umum akan dapat ditekan. "Kita harus dapat melihat bagaimana menangani kemiskinan ekstrem berdampak pada kesejahteraan sosial," kata Emil, Jumat (18/3).
Emil menjelaskan berbagai intervensi yang dilakukan Pemprov Jatim dalam menekan angka kemiskinan ekstrem. Di antaranya intervensi berupa bantuan sosial. Berbeda dari biasanya, bantuan digelontorkan tidak berupa uang tunai, melainkan berupa bantuan pangan langsung dan uang digital atau e-wallet.
"Harapannya dengan e-wallet, pengalaman dan pandangan masyarakat bisa berubah. Pembagian bansos dalam bentuk pangan terbukti menekan kemiskinan, sedangkan secara pemberian cash money, belum tentu," ujarnya.
Menurut Emil, pengambilan langkah intervensi ini menggabungkan pengelolaan data yang tepat sehingga dapat berujung pada bantuan dana yang tepat sasaran. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), jumlah penduduk miskin Jatim pada periode Maret 2021 hingga September 2021 turun 313.130 jiwa.
"Kita bukan hanya melihat dalam konteks intervensi yang ada. Kita harus harus mengkombinasikan antara penggunaan dengan pemberdayaan pemetaan. Ini membutuhkan juga data yang tepat. Data terpadu soal kesejahteraan ini terus ingin kita sempurnakan," kata Emil.
Emil optimistis dengan langkah intervensi yang memadai dan sinergi yang tepat, maka pertumbuhan ekonomi Jatim dapat meningkat. Utamanya, melalui penekanan angka kemiskinan ekstrem di Provinsi Jatim.