REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Wahana Lingkungan Hidup Indonesia (Walhi) Kalimantan Timur (Kaltim) menyatakan, pembangunan IKN Nusantara berpotensi membuat sejumlah satwa endemik Kalimantan punah. Langkah pemerintah membuat koridor satwa dinilai bukanlah solusi.
Direktur Eksekutif Walhi Kaltim, Yohana Tiko menjelaskan, area IKN seluas 256 ribu hektare juga mencakup Hutan Lindung Sungai Wain. Padahal, di sana terdapat banyak satwa seperti beruang madu, burung rangkong, bekantan, dan orang utan.
Pembangunan IKN, kata dia, tentu akan merusak habitat hewan-hewan tersebut. Adapun pemerintah berencana membuat koridor satwa untuk mengatasi persoalan ini. Padahal satwa itu hidup dengan memiliki teritori tersendiri.
"Ketika dia dibuatkan koridor yang tak sesuai, maka itu akan menghambat habitatnya. Hal ini berpotensi membuat kepunahan satwa endemik Kalimantan," ujar Yohana dalam webinar Walhi Jakarta, Jumat (18/3).
Selain itu, pembangunan Bendungan Sepaku Semoi juga berpotensi merusak habitat hewan air. Sebab, bendungan itu membendung aliran air tawar menuju Teluk Balikpapan. "Akan bisa punah juga nanti hewan seperti pesut dan dugong di Teluk Balikpapan," ujarnya.
Yohana menambahkan, pembangunan IKN juga berpotensi menghancurkan ekosistem mangrove di Teluk Balikpapan seluas 16 ribu hektare. Sebab, teluk tersebut tentu akan dilewati oleh kapal-kapal besar yang membawa bahan baku untuk pembangunan IKN.
Sebelumnya, Senin (14/3), Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya mengatakan, pembangunan IKN menerapkan konsep Green City dan Forest City, yang prinsip utamanya adalah mendesain sesuai kondisi alam. "Konsep forest city pastinya menerapkan kaidah konservasi dan memperhatikan koridor satwa, serta memanfaatkan sumber daya lahan dan air secara terpadu," ucap Siti Nurbaya dalam siaran persnya.