Sabtu 19 Mar 2022 17:05 WIB

Kremlin Tuduh Ukraina Berupaya Hentikan Perundingan Damai

Kremlin sebut Ukraina mengajukan proposal yang semakin tidak realistis

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
 Kendaraan dan bangunan yang rusak di pusat kota Kharkiv di Ukraina, Rabu, 16 Maret 2022. Baik Rusia dan Ukraina memproyeksikan optimisme menjelang putaran pembicaraan lain yang dijadwalkan Rabu, bahkan ketika pasukan Moskow menghujani Kyiv dan kota-kota besar lainnya dalam upaya untuk menghancurkan perlawanan yang telah menggagalkan harapan Kremlin untuk kemenangan kilat.
Foto: AP/Pavel Dorogoy
Kendaraan dan bangunan yang rusak di pusat kota Kharkiv di Ukraina, Rabu, 16 Maret 2022. Baik Rusia dan Ukraina memproyeksikan optimisme menjelang putaran pembicaraan lain yang dijadwalkan Rabu, bahkan ketika pasukan Moskow menghujani Kyiv dan kota-kota besar lainnya dalam upaya untuk menghancurkan perlawanan yang telah menggagalkan harapan Kremlin untuk kemenangan kilat.

REPUBLIKA.CO.ID, MOSCOW - Kremlin pada Jumat (18/3/2022) menuduh Ukraina berusaha untuk menunda perundingan damai. Menurut Kremlin, delegasi Rusia lebih menunjukkan kesiapan bekerja lebih cepat pada perundingan damai daripada pihak Ukraina.

Sementara itu dalam pembicaraan telepon antara Presiden Rusia Vladimir Putin dengan Kanselir Jerman Olaf Scholz, Putin menilai Ukraina justru berupaya menghentikan perundingan damai dengan Rusia.

Baca Juga

"Tercatat bahwa rezim Kiev berusaha dengan segala cara yang mungkin untuk menunda proses negosiasi, mengajukan proposal yang semakin tidak realistis," kata Kremlin.

"Meskipun demikian, pihak Rusia siap untuk terus mencari solusi yang sejalan dengan pendekatan prinsipnya yang terkenal," bunyi pernyataan Kremlin.

Sebelumnya, Rusia menyatakan, Rabu (16/3/2022), perundingan mereka dengan Ukraina membahas kemungkinan status "negara netral" untuk Ukraina. Status itu mirip dengan Austria atau Swedia.

Juru Bicara Kremlin Dmitry Peskov juga mengkritik karakterisasi Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden terhadap Presiden Rusia Vladimir Putin. "Ini seperti penghinaan pribadi, komentar Biden dipicu oleh iritasi, kelelahan, dan kelupaan," katanya.

Biden telah mencap Putin sebagai 'penjahat perang' dan 'diktator pembunuh' dalam beberapa hari terakhir menyusul perintah Putin untuk menginvasi Ukraina. "Kami mendengar dan melihat pernyataan yang sebenarnya merupakan penghinaan pribadi terhadap Presiden Putin," kata Peskov.

"Mengingat sifat lekas marah dari Biden, kepenatan, dan terkadang kelupaan yang mengarah pada pernyataan agresif, kami tidak akan membuat penilaian yang keras, agar tidak menyebabkan lebih banyak agresi," ujarnya menambahkan.

Pasukan Ukraina telah melakukan perlawanan keras terhadap pasukan Rusia. Barat telah memberlakukan sanksi besar-besaran terhadap Moskow dalam upaya untuk memaksanya mundur dari apa yang dikatakan Putin sebagai operasi militer khusus.

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement