Sabtu 19 Mar 2022 17:14 WIB

Presiden Assad Lakukan Kunjungan Pertama ke UEA Sejak Perang Suriah

Perjalanan Assad ke negara Arab pertama sejak perang Suriah dimulai pada 2011.

Rep: Fergi Nadira B/ Red: Esthi Maharani
Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Foto: Reuters
Presiden Suriah Bashar al-Assad.

REPUBLIKA.CO.ID, ABU DHABI - Presiden Suriah Bashar al-Assad melakukan perjalanan ke Uni Emirat Arab (UEA) pada Jumat (18/3/2022) waktu setempat. Kunjungan ini adalah perjalanan Assad ke negara Arab pertama sejak perang Suriah dimulai pada 2011.

Dalam lawatannya, Assad bertemu dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohammed bin Zayed al-Nahyan. Kantor berita UEA, (WAM) mengutip Nahyan mengatakan, bahwa Suriah adalah pilar fundamental keamanan Arab.

"UEA ingin memperkuat kerja sama dengannya," lapor WAM. Sebuah rekaman video yang diunggah oleh WAM menunjukkan Assad terlihat tersenyum ketika dia berdiri di samping Sheikh Mohammed di depan bendera Suriah dan Emirat. Kedunya mengisyaratkan pembicaraan yang baik.

WAM mengatakan kedua pihak menekankan pemeliharaan integritas wilayah Suriah dan penarikan pasukan asing dari negara yang terfragmentasi di mana Rusia, Iran, Turki dan Amerika Serikat semuanya memiliki kehadiran militer. Mereka juga membahas dukungan politik dan kemanusiaan untuk Suriah dan rakyatnya untuk mencapai solusi damai bagi semua tantangan yang dihadapinya.

"Sheikh Mohammed menyatakan keinginannya bahwa kunjungan ini akan membuka jalan bagi kebaikan, perdamaian dan stabilitas untuk menang di Suriah dan seluruh wilayah dan Assad menjelaskan kepadanya tentang perkembangan terakhir di Suriah," kata WAM.

Pertemuan tersebut menandai perkembangan terbaru dalam serangkaian tawaran diplomatik yang menunjukkan pergeseran di Timur Tengah di mana beberapa negara Arab menghidupkan kembali hubungan dengan Assad. Tanda-tanda pemulihan hubungan antara Assad dan negara-negara Arab tumbuh tahun lalu, termasuk panggilan telepon dengan Raja Abdullah dari Yordania, sekutu AS lainnya.

Kendati demikian, kunjungan itu mendapat teguran keras dari Washington. Departemen Luar Negeri AS mengatakan sangat kecewa dan terganggu dengan apa yang disebutnya sebagai upaya nyata untuk melegitimasi Assad.

Satu-satunya perjalanan Assad di luar Suriah selama perang adalah ke Iran dan Rusia. Kedua negara itu merupakan sekutu dekat Suriah yang dukungan militernya membantu membalikkan keadaan melawan lawan. Lawan Suriah pun telah didukung oleh pemerintah termasuk negara-negara Teluk yang bersekutu dengan AS.

Pada Jumat, Assad juga bertemu dengan penguasa Dubai Sheikh Mohammed bin Rashid al-Maktoum. Waktu perjalanan itu bertepatan dengan peringatan sebelas tahun pemberontakan Suriah, yang dimulai pada Maret 2011. Perjalanan Assad juga terjadi pada saat Washington telah bekerja di seluruh dunia untuk menyatukan sekutu dan mitra melawan invasi Rusia ke Ukraina.

Juru bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menegaskan kembali bahwa Washington tetap menentang upaya untuk menormalkan hubungan atau merehabilitasi Assad. Dia mengatakan Amerika Serikat tidak akan melepaskan atau mencabut sanksi terhadap Suriah kecuali ada kemajuan menuju solusi politik untuk konflik tersebut..

"Kami mendesak negara-negara yang mempertimbangkan keterlibatan dengan rezim Assad untuk menimbang dengan hati-hati kekejaman mengerikan yang dikunjungi oleh rezim terhadap warga Suriah selama dekade terakhir, serta upaya berkelanjutan rezim untuk menolak sebagian besar akses negara ke bantuan kemanusiaan dan keamanan," kata Price.

Washington juga sempat telah menyatakan keprihatinannya pada November ketika menteri luar negeri UEA mengunjungi Damaskus dan bertemu Assad.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement