REPUBLIKA.CO.ID, LEBANON -- Partai dan milisi Syi'ah, Hizbullah Lebanon membantah dugaan telah mengirim pejuang dan mendukung militer Rusia di Ukraina. Pernyataan ini dijelaskan setelah Kyiv menuduh kelompok yang didukung Iran dan Suriah itu mengirim tentara bayaran untuk mendukung invasi.
“Tidak seorang pun dari Hizbullah, tidak ada pejuang atau ahli militer, pergi ke arena ini atau salah satu arena di perang ini,” kata sekretaris jenderal kelompok itu, Hassan Nasrallah, dalam sambutan yang disiarkan televisi dilansir dari Al Arabiya, Jumat (18/3/2022).
Staf Angkatan Bersenjata Ukraina merilis sebuah pernyataan yang mengatakan bahwa sekitar 1.000 tentara bayaran Suriah dan pejuang Hizbullah direkrut untuk berperang di Ukraina. Dalam beberapa hari terakhir, Presiden Rusia Vladimir Putin mengumumkan sebuah inisiatif untuk mengizinkan “sukarelawan” dari Timur Tengah untuk bergabung dengan pasukan Rusia yang menginvasi Ukraina.
Hizbullah memiliki pejuang dan ahli yang berjuang bersama rezim Assad di Suriah dan lainnya di Yaman untuk mendukung Houthi. Hizbullah juga memiliki ikatan yang kuat dan diyakini memiliki ahli dan penasihat yang membantu proksi dan milisi Iran di Irak.
Perang Rusia-Ukraina, yang dimulai pada 24 Februari, telah menarik kecaman internasional, menyebabkan pembatasan keuangan di Moskow dan mendorong eksodus perusahaan global dari Rusia.
Setidaknya 780 warga sipil telah tewas dan 1.252 terluka di Ukraina sejak awal perang, menurut PBB. Lebih dari 3,16 juta orang juga telah melarikan diri ke negara-negara tetangga, kata badan pengungsi PBB.