REPUBLIKA.CO.ID, KIEV – Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengatakan, pengepungan dan blokade yang dilakukan pasukan Rusia di kota Mariupol merupakan bentuk kejahatan perang. Menurutnya, tindakan Rusia tersebut bakal dicatat oleh sejarah.
“Untuk melakukan ini (pengepungan) ke kota yang damai, apa yang dilakukan penjajah, adalah teror yang akan diingat selama berabad-abad yang akan datang,” kata Zelensky dalam sebuah pidato pada Ahad (20/3/2022).
Menurut otoritas Ukraina, sekitar 400 ribu penduduk telah terperangkap di Mariupol selama lebih dari dari dua pekan. Dalam rentang waktu tersebut, mereka harus menghadapi aksi pemboman Rusia yang memutus pasokan listrik, air, dan pemanas.
“Anak-anak dan orang tua sekarat. Kota ini hancur dan terhapus dari muka buma,” ujar seorang petugas polisi Mariupol Michail Vershnin.
Penasihat menteri dalam negeri Ukraina, Vadym Denysenko, mengungkapkan, saat ini pasukan negaranya di Mariupol masih bertempur dengan tentara Rusia di pabrik baja Azovstal. “Salah satu pabrik metalurgi terbesar di Eropa sebenarnya sedang dihancurkan,” ucapnya.
Sementara itu, petugas penyelamat masih mencari korban di reruntuhan teater kota Mariupol. Serangan Rusia pada 16 Maret lalu disebut telah menghancurkan tempat tersebut. Menurut Kantor Kejaksaan Agung Ukraina, sejak Rusia melancarkan serangan pada 24 Februari lalu, sebanyak 112 anak telah tewas.
PBB mencatat, sejauh ini sebanyak 847 warga sipil Ukraina terbunuh akibat serangan Rusia. Sementara korban luka-luka hampir menembus angka 1.400 orang. Warga Ukraina yang mengungsi ke negara-negara tetangga telah mencapai lebih dari 3,3 juta orang. Konflik di Ukraina telah menjadi krisis kemanusiaan terbesar di Eropa sejak berakhirnya Perang Dunia II.