REPUBLIKA.CO.ID, SANAA -- Utusan Khusus PBB untuk Yaman Hans Grundberg membahas gencatan senjata di Yaman selama bulan Ramadhan yang mulai April mendatang. Koalisi yang dipimpin Arab Saudi memerangi kelompok Houthi yang didukung Iran di Yaman.
Pada Ahad (20/3/2022) kantor utusan PBB di Yaman mengatakan Grundberg bertemu dengan kepala negosiator Houthi dan pemerintah Oman di Muscat. Mereka membahas konsultasi PBB dan upaya untuk mengatasi situasi kemanusiaan yang buruk di Yaman, "termasuk kemungkinan gencatan senjata" selama bulan Ramadhan.
Perang Yaman yang sudah berlangsung tujuh tahun dikenal sebagai perang proksi antara Arab Saudi dan Iran. Houthi telah menolak rencana konsultasi mengenai Yaman di Riyadh.
Kelompok Itu mengatakan hanya akan berpartisipasi bila negosiasi digelar negara netral dan memprioritaskan blokade yang diterapkan koalisi Arab Saudi di wilayah yang dikuasai Houthi.
Houthi menggulingkan pemerintah yang diakui masyarakat internasional di Sana'a pada 2014 lalu. Beberapa bulan kemudian koalisi Arab Saudi melancarkan intervensi. Houthi mengatakan mereka memerangi sistem korup dan agresi asing. Perang itu telah menewaskan puluhan ribu orang dan mendorong jutaan lainnya mengungsi.
Sementara itu perusahaan minyak pemerintah Arab Saudi, Aramco mengatakan serangan rudal dan drone Houthi ke fasilitas energi dan desalinasi air mereka tidak berdampak pada pasokan minyak atau menimbulkan korban jiwa. Koalisi Arab Saudi mengatakan serangan tersebut digelar pada Sabtu (19/3/2022) malam dan Ahad dini hari.
Puing-puing yang ditimbulkan saat menghalau rudal merusak barang-barang tapi tidak ada korban jiwa. Koalisi mengatakan serangan-serangan itu mengincar pabrik desalinasi air di Al-Shaqeeq, stasiun distribusi Aramco di Jizan, pembangkit listrik di Dharan al Janub, fasilitas gas di Khamis Mushait dan kilang liquefied natural gas (LNG) Aramco di Yanbu.
"Terdapat sejumlah serangan ke fasilitas kami pagi tadi, dan syukurlah tidak ada yang ada yang terluka atau meninggal dan tidak berdampak pada pasokan perusahaan pada konsumen," kata CEO Aramco, Amin Nasser.