Senin 21 Mar 2022 09:47 WIB

Kondisi Masjid Berusia 413 Tahun di Bangladesh Memprihatinkan

Masjid tersebut mengalami rusak parah akibat gempa.

Rep: Zahrotul Oktaviani/ Red: Agung Sasongko
Masjid Atia, masjid berusia empat abad di Bangladesh yang mengalami kerusakan parah
Foto: Daily Star
Masjid Atia, masjid berusia empat abad di Bangladesh yang mengalami kerusakan parah

REPUBLIKA.CO.ID, DHAKA -- Sebuah masjid yang berada di Bangladesh, Masjid Atia, membutuhkan renovasi segera karena kondisinya yang rusak. Bangunan berusia lebih dari 400 tahun ini merupakan salah satu situs arkeologi penting negara.

Masjid yang berlokasi di upazila Delduar Tangail disebut telah lama berada dalam kondisi bobrok, karena kurangnya perawatan dan pemeliharaan. Dibangun pada awal abad ke-17, masjid itu telah kehilangan banyak kemegahannya, berkat kelalaian pihak berwenang terkait.

 

Dilansir di Daily Star, Senin (21/3/2022), plakat hias terakota yang ada di dinding masjid kuno selebar sembilan kaki (2,7 meter) ini dikabarkan sudah usang. Tembok masjid yang tebal juga mengalami perubahan warna dan sebagian batanya rusak.

 

Imam masjid, Mawlana Mozammel Haque, mengatakan kurangnya perawatan dan pekerjaan renovasi mengakibatkan banyak plak terakota terkikis di masjid. Tak hanya itu, dekorasi unik masjid juga dilaporkan berjatuhan.

 

Meski kondisi masjid memprihatinkan, ia menyampaikan sejumlah pengunjung, baik warga lokal maupun luar, datang berkunjung ke masjid setiap hari.

 

Sekelompok mahasiswa dari Universitas Sains dan Teknologi Mawlana Bhashani juga mengunjungi masjid ini. Salah satu mahasiswa, Raihanul Islam, mengatakan mereka mencari papan yang berisi sejarah masjid, tetapi hanya menemukan plakat yang berisi nama pendiri dan orang lain yang memperbaikinya. 

 

Menurut pejabat Departemen Arkeologi dan sejarawan lokal, Zamindar dari Atia, Syed Khan Pannee, telah membangun masjid di tepi sungai Louhajang pada tahun 1609. Ia menerima Atia Paragana dari Kaisar Mughal Jahangir sebagai hadiah pada awal abad ke-17.

 

Masjid ini terletak di sebelah kuil Hazrat Shahan Shah, yang datang ke Atia dari Kashmir pada 913 Hijriah bersama dengan 49 pengikutnya untuk mendakwahkan Islam di wilayah tersebut. Makam mereka berada di dekat masjid.

 

Masjid tersebut mengalami rusak parah akibat gempa dahsyat tahun 1800. Seorang pedagang wanita dari Delhi, Rowshan Khatoon Chowdhurani, memulihkan masjid yang rusak pada 1837.

 

Zamindar Delduar Abu Ahmed Ghuznavi Khan bekerja sama dengan Wazed Ali Khan Pannee dan Zamindar lainnya memperbaikinya lagi pada 1909.

 

Departemen Arkeologi mengambil alih tanggung jawab masjid bersejarah ini pada 1978. Mereka memasang papan pengumuman di depan situs kuno yang mengatakan itu adalah milik pemerintah dan tindakan hukum akan diambil jika ada yang merusak masjid.

 

Meski demikian, tidak ada inisiatif yang diambil untuk memulihkan masjid atau melindungi strukturnya.

 

Sorang penduduk desa Atia, Mohammad Zahid, mengatakan penduduk desa bersama dengan pemerintah setempat telah mencoba mengambil langkah-langkah untuk melindungi masjid bersejarah pada beberapa kesempatan. Tetapi, Departemen Arkeologi mengatakan kepada mereka untuk tidak melakukannya.

 

Penjaga masjid Syed Monirul Haque mengatakan masjid yang sudah usang itu sebagian diperbaiki pada 2000 dan 2009.

 

Penduduk setempat Shakil Ahmed menyampaikan masjid indah itu sekarang berada di ambang kehancuran. Mereka mendesak pihak berwenang terkait untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan untuk menyelamatkan struktur tersebut.

 

Menanggapi tuntutan tersebut, Direktur regional Departemen Arkeologi (Divisi Dhaka dan Mymensingh) Rakhi Roy mengatakan mereka akan mengadakan pekerjaan renovasi masjid tahun depan. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement