Senin 21 Mar 2022 10:03 WIB

Melepas Jeratan Riba, Kini Dhafi Sukses Bangun Tiga Pabrik

Ada banyak jalan berliku yang harus dilalui Dhafi Adam bersama keluarga.

Rep: Dadang Kurnia/ Red: Andi Nur Aminah
Dhafi Adam, owner Home Living 109 Pillow
Foto: jagalilin
Dhafi Adam, owner Home Living 109 Pillow

REPUBLIKA.CO.ID, SIDOARJO -- Dhafi Adam, pemilik brand home living 109 Pillow membagikan kisah suksesnya dalam mengembangkan perusahaan produsen bantal dan guling tersebut, hingga mampu merajai pasar nasional. Dhafi mengakui, untuk mencapai titik kesuksesan yang ia rasakan saat ini tidakmudah. Ada banyak jalan berliku yang harus dilaluinya bersama keluarga.

Perjalanannya dimulai saat Dhafi lulus Sekolah Dasar. Di saat anak-anak lain berlomba melanjutkan ke sekolah favorit, Dhafi memilih melanjutkan ke salah satu pondok pesantren salafiyah di Jatim. Tentunya sambil menjalani pendidikan di sekolah formal. Pondok pesantren dirasanya banyak mengajarkan kemandirian.

Baca Juga

"Kalau kita nggak masak sendiri ya nggak makan. Itu salah satunya yang membuat saya bisa mandiri," kata Dhafi dikutip dari channel Youtube JagaLilin.

Kemandirian itu yang terus ia bawa, bahkan saat dirinya memasuki perguruan tinggi pada 2009. Dhafi yang memilih Jurusan Desain Grafis di salah satu perguruan tinggi di Surabaya, bertekad membiayai kuliah secara mandiri. Meskipun saat itu orang tuanya mampu membiayai kuliahnya.

"Cari freelance-nan untuk bayar kosan, makan, sama bayar SPP. Orang tua sebenarnya mampu membiayai tapi saya pengen lebih mandiri saja," ujarnya.

Setelah lulus pada 2013, pria asal Sidoarjo itu sempat bekerja di salah satu rumah produksi selama hampir dua tahun. Kemudian pada 2015, setelah menikah, Dhafi memutuskan pindah kerja ke salah satu perusahaan leasing, dengan fokus pada peminjaman dana.

Saat itu, jika Dhafi mampu mendapatkan satu nasabah, akan mendapat komisi sebesar Rp 300 ribu. Dhafi mengaku, dalam sehari dia mampu mendapat tiga hingga lima orang nasabah. Tanpa memyebarkan brosur, dan tanpa menawarkan di tempat keramaian. Strategi yang digunakan murni lewat digital marketing, baik itu lewat blog, maupun market place.

Dengan capaian tersebut, Dhafi mengaku pendapatan per bulannya sangat tinggi. Bahkan bisa menyentuh Rp 27 juta. Meski pendapatannya besar, Dhafi merasa heran karena tidak kunjung bisa menabung. Alih-alih bisa mengumpulkan uang, Dhafi malah terlilit hutang dalam jumlah yang lumayan besar. Satu tahun bekerja saja, hutangnya telah mencapai Rp 220 juta.

"Karena uang yang didapat itu saya coba sambil buka usaha. Usaha nggak jalan. Buka usaha lagi nggak jalan. Sempat buka usaha ticketing, kita jual tiket pesawat kereta itu, sudah jalan terus kemudian muncul brand yang punya modalnya lebih besar. Kita sudah di tengah jalan itu habis uangnya," kata Dhafi.

Saat anak pertamanya lahir, pada 2016, pikiran Dhafi masih terbebani hutang yang jumlahnya dirasanya sangat besar. Saat itulah Dhafi mulai melakukan introspeksi diri. Dhafi mencoba mencari jawaban terkait kesalahan dalam pekerjaannya. Sampai muncul anggapan bahwa dirinya tidak bisa hidup tenang meski penghasilan besar, karena terlibat riba.

"Padahal saya juga nggak nipu orang. Apa mungkin karena riba ini ya? Akhirnya saya flashback, saya baca tafsir perihal riba. Dari situ saya akhirnya mantap, mungkin karena ini. Saya ingin keluar nggak bisa karena angsuran juga sudah banyak," ujarnya.

Setelah memantapkan hati, Dhafi pun memutuskan keluar dari pekerjaannya di salah satu perusahaan leasing tersebut. Ia pun mencari pekerjaan lain. Dhafi kemudian mencoba berkali-kali membuka usaha termasuk berjualan online. Berjualan handphone, berjualan gendongan anak hingga akhirnya berjualan bantal. 

Bahkan pada awal 2020, saat banyak perusahaan berhenti produksi akibat lockdown, pesanan bantalnya malah semakin meningkat. Di saat perusahaan lain mem-PHK karyawannya, Dhafi malah menambahnya dari sebelumnya 50-an orang menjadi 100 orang lebih. Dalam tiga tahun berjalan, ia bahkan telah memiliki tiga pabrik dengan kapasitas produksi rata-rata 25 ribu pcs per hari.

Kisah selengkapnya, bisa disimak di video berikut ini: 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement