REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH -- Perdana Menteri Palestina Mohammad Shtayyeh meminta Republik Singapura mengakui negaranya guna melindungi solusi dua negara. Pernyataan ini dijelaskan saat Shtayyeh bertemu dengan Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan di Ramallah, Ahad (20/3/2022).
Keduanya berdiskusi tentang perkembangan politik terbaru dan situasi yang berkembang di wilayah Palestina. Shtayyeh menekankan Israel selalu menghentikan setiap peluang untuk mendirikan negara Palestina. Dia juga menyebut realitas di lapangan secara bertahap memburuk.
“Kami tidak berusaha hanya meningkatkan kondisi kehidupan rakyat Palestina di bawah pendudukan, kami berusaha mengakhiri pendudukan di tanah kami dan mendirikan negara merdeka kami dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya,” kata Shtayyeh, dilansir dari Wafa News, Ahad (20/3/2022).
Dia menyatakan penolakannya terhadap standar ganda internasional dan menyerukan penerapan hukum internasional dan resolusi PBB sehubungan dengan Palestina. Mereka juga membahas kerja sama timbal balik antara kedua negara.
Shtayyeh menuding Israel berupaya merusak solusi dua negara. Hal itu karena Tel Aviv justru terus berusaha memperluas permukiman Yahudi ilegal di wilayah Palestina yang diduduki.
Menurutnya, Israel secara sistematis telah melanggar semua kesepakatan dengan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO). Israel tak menghormati perjanjian apa pun yang dijalin dengan Palestina.
Dia menekankan Palestina hanya mencari perdamaian. Palestina akan tetap berpegang pada perjanjian selama Israel mematuhi bagiannya. Menurut dia, kebisuan komunitas internasional atas pelanggaran hak-hak rakyat Palestina tak dapat diterima.