REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Istighfar mempunyai sejumlah keutamaan. Umat Islam pun dianjurkan untuk senantiasi membaca istighfar.
Terdapat bacaan istighfar paling agung yang dapat dibaca oleh kaum Muslimin ketika dzikir pagi dan sore.
Dikutip dari buku Jangan Takut Hadapi Hidup karya Dr Aidh Abdullah Al-Qarny, disebutkan bahwa penulis kitab Thabaqat al- Hanabilah menyebutkan, ada seorang ulama meninggal dunia, lalu dimakamkan.
Dalam mimpinya dia kemudian melihat ulama tersebut. Dalam mimpi itu, orang-orang bertanya kepada ulama, “Apa yang telah dilakukan Allah Subhanahu wa Ta'ala kepadamu?”
Ulama itu menjawab, “Allah Subhanahu wa Ta'ala memberiku ampunan secara umum dan khusus.”
Mereka bertanya lagi, “Apa nasihat Anda kepada kami?”
Dia menjawab, “Aku sarankan, hendaknya kalian membaca rajanya istighfar (sayyidul istighfar).”
“Sayyidul istighfar sangat mengagumkan. Karena itu, aku berpesan kepada kalian semua untuk menghafalkannya dan membacanya setiap pagi dan sore dan sehabis mengerjakan shalat. Dan saya sarankan agar kalian banyak-banyak membacanya,” kata Aidh Al-Qarny. Sayyidul istighfar adalah sebagai berikut,
اَللَّهُمَّ أَنْتَ رَبِّيْ لاَ إِلَـهَ إِلاَّ أَنْتَ، خَلَقْتَنِيْ وَأَنَا عَبْدُكَ، وَأَنَا عَلَى عَهْدِكَ وَوَعْدِكَ مَا اسْتَطَعْتُ، أَعُوْذُ بِكَ مِنْ شَرِّ مَا صَنَعْتُ، أَبُوْءُ لَكَ بِنِعْمَتِكَ عَلَيَّ، وَأَبُوْءُ بِذَنْبِيْ فَاغْفِرْ لِيْ فَإِنَّهُ لاَ يَغْفِرُ الذُّنُوْبَ إِلاَّ أَنْتَ
“Ya Allah, Engkau adalah Rabbku, tidak ada Ilah (yang berhak diibadahi dengan benar) kecuali Engkau, Engkaulah yang menciptakanku. Aku adalah hamba–Mu. Aku akan setia pada perjanjianku dengan–Mu semampuku. Aku berlindung kepada–Mu dari kejelekan (apa) yang kuperbuat. Aku mengakui nikmat–Mu (yang diberikan) kepadaku dan aku mengakui dosaku, oleh karena itu, ampuniah aku. Sesungguhnya tidak ada yang dapat mengampuni dosa kecuali Engkau. (HR Al–Bukhari, Ahmad, an–Nasai)
Dalam istighfar di atas, terdapat kalimat tauhid, pengakuan dosa, tasbih, dan permohonan ampun. Di dalamnya juga terdapat, ucapan dzikir, pengakuan terhadap nikmat Allah Subhanahu wa Ta'ala, dan penyesalan atas dosa.