Selasa 22 Mar 2022 06:28 WIB

Pelajaran dari Kelangkaan Minyak Goreng: Perlunya Jaringan Terintegrasi

Teknologi industri 4.0 bisa diterapkan dalam mengatasi kelangkaan minyak goreng.

Pelajaran dari Kelangkaan Minyak Goreng: Perlunya Jaringan Terintegrasi. Foto:   Ilustrasi pekerja mengemas minyak goreng di Pabrik Industri Hilir Kelapa Sawit.
Foto: ANTARA FOTO
Pelajaran dari Kelangkaan Minyak Goreng: Perlunya Jaringan Terintegrasi. Foto: Ilustrasi pekerja mengemas minyak goreng di Pabrik Industri Hilir Kelapa Sawit.

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA—Meski dalam waktu dekat kita tidak akan lagi kembali menyaksikan kerumunan warga yang menyemut mengantre minyak goreng, pengalaman buruk tersebut seharusnya menjadi pelajaran akan perlunya mengaplikasikan teknologi industri 4.0 sesegera mungkin dalam kehidupan. Apalagi, era industri 4.0 pun sudah bukan lagi wacana, melainkan telah menjadi realitas yang bisa memperbaiki kondisi dan kesejahteraan manusia. 

Pernyataan tersebut menjadi salah satu pokok yang dikemukakan Chairman Webinar, Yudhi Permana Suisa, kepada wartawan di Jakarta, Senin (21/3/2022) sore.  Menurut Yudhi, dengan penerapan sistem jaringan terintegrasi yang merupakan salah satu dari 11 pilar industri 4.0, kasus kelangkaan minyak goreng di masyarakat yang sempat menampar Indonesia sebagai produsen minyak sawit terkemuka dunia, bisa dihindari. 

Baca Juga

“Seandainya ada jaringan terintegrasi, vertikal dan horizontal, terintegrasi dari hulu ke hilir, maka kegagalan delivery, atau pun kelangkaan di titik tertentu, bisa segera diketahui dan dicarikan solusi. Karena kalau terintegrasi, semua bisa kelihatan,” kata Yudhi. 

Ia sendiri menegaskan, jaringan terintegrasi memungkinkan integrasi sistem antara perusahaan satu dengan lain, atau pun integrasi antar-departeman dalam perusahaan itu sendiri. “Ini yang kita sebut integrasi vertical, sementara integrasi horizontal itu berhubungan antarsatu perusahaan dengan perusahaan lain.”

Yudhi mengatakan, meskipun jaringan terintegrasi ini banyak dibicarakan di bidang industry sebagaimana ia menjadi bagian dari era industry 4.0, sejatinya penerapannya menyasar ke semua bidang, termasuk industri militer. “Misalnya, apa yang dilakukan pemerintah dengan menerapkan Online Single Submission (OSS) dalam perizinan dan sebagainya, itu juga termasuk contoh penerapan vertical dan horisontal integration,” kata Yudhi.

Karena pentingnya penerapan jaringan terintegrasi tersebut, kata dia, pekan lalu Program  Magister Instrumentasi dan Kontrol ITB (sering disingkat MINK), menggelar Seminar Online (Webinar) “Vertical-Horizontal Integration in Industry 4.0”.

“Webinar itu menjadi sekaligus menjadi penanda kepedulian agar jaringan terintegrasi, baik vertical dan horizontal ini kian menjadi perhatian publik, terutama kalangan industri,” kata dia. 

Pentingnya intergrasi vertical-horizontal itu juga ditekankan Endra Joelianto, PhD, pakar instrumentasi dan kontrol pada Fakultas Teknologi Industri ITB, sekaligus Chairman IEEE Indonesia Section. Endra mengatakan, kebutuhan akan para ahli dalam bidang tersebut bisa dipenuhi, antara lain oleh Program Magister Instrumentasi dan Kontrol ITB. Ia yakin, dengan kurikulum dan penelitian yang dirancang, lulusan yang dihasilkan akan memenuhi kualifikasi yang dibutuhkan. 

“Kami yakin, MINK mampu menghasilkan lulusan magister teknik yang mampu memanfaatkan dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi secara Profesional, untuk tujuan pendidikan dan Penelitian di bidang industri,”kata Endra, dalam webinar yang diikuti 400-an peserta, baik dari kalangan umum, mahasiswa hingga wartawan itu.

Sebagaimana dikatakan sebelumnya, Endra juga yakin bahwa para lulusan program magister di bidang instrumentasi dan kontrol teknik itu akan dibutuhkan di semua sektor industri. Yang gampang disebutkan saja di antaranya sebagai instrument engineer, control engineer, system integration engineer, data engineer, industry strategis seperti industri proses dan kimia, aeronautika, telekomunikasi, pembuatan kapal, baja, elektronika dan militer; industri instrumentasi kedokteran; biro konsultasi, jasa konstruksi, serta perguruan tinggi dan lembaga penelitian.

Selain kehadiran Endra, kualitas webinar tersebut juga semakin tinggi dengan hadirnya Kepala Digital Marketing dari Yokogawa,  C. Cordova; Andreas Indra Pradana, Business Development dari ABB, serta sales specialist dari SIEMENS, Livia Lim. 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement