Selasa 22 Mar 2022 14:36 WIB

Eks Presiden Ukraina Desak Negara Teluk Tingkatkan Produksi Migas

Peningkatan produksi migas akan meningkatkan pasokan pangan dan bantu stabilkan harga

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Seorang pria berjalan di apartemennya yang hancur setelah penembakan Rusia di Kyiv, Ukraina, Senin, 21 Maret 2022. Mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko, mendesak negara-negara Teluk untuk meningkatkan produksi minyak dan gas, agar mencegah krisis pangan.
Foto: AP/Efrem Lukatsky
Seorang pria berjalan di apartemennya yang hancur setelah penembakan Rusia di Kyiv, Ukraina, Senin, 21 Maret 2022. Mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko, mendesak negara-negara Teluk untuk meningkatkan produksi minyak dan gas, agar mencegah krisis pangan.

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Mantan Presiden Ukraina Petro Poroshenko, mendesak negara-negara Teluk untuk meningkatkan produksi minyak dan gas, agar mencegah krisis pangan. Langkah ini dapat membantu menghentikan operasi militer Rusia ke Ukraina, dan menjaga harga tetap stabil.

“Dunia Arab juga memiliki peran, karena sekarang ketika kami meminta embargo minyak dan gas Rusia, semua negara Teluk memiliki kesempatan untuk meningkatkan pasokan minyak dan gas ke pasar dunia, dan inilah yang kami cari untuk (dari mereka),” ujar Poroshenko, dilansir Aljazirah, Selasa (22/3/2022). 

Baca Juga

Poroshenko mengatakan, peningkatan produksi minyak dan gas (migas), akan membantu mencegah krisis pangan dan menghentikan bahaya keamanan pangan. Termasuk membantu menjaga harga minyak tetap stabil, ketika ada embargo minyak dan gas Rusia.

“Jika kita tidak meningkatkan tekanan pada (Presiden Rusia Vladimir) Putin untuk membawa perdamaian, perang tidak akan pernah berakhir. Kita di sini membayar harga yang sangat besar dengan ribuan ribu orang Ukraina (yang telah terbunuh),” kata Poroshenko.

Dua pengekspor minyak terbesar dunia, Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA), sejauh ini bereaksi ringan terhadap serangan militer Rusia ke Ukraina. Mereka menghindari mengambil posisi yang menentang operasi militer khusus tersebut. 

Saudi dan UEA telah mengembangkan hubungan yang kuat dengan Rusia. Saudi dan UEA akan memainkan peran kunci dalam membantu menstabilkan pasar energi. Ukraina telah lama meminta para pemimpin dunia untuk menghentikan impor produk energi mereka dari Rusia. 

Rusia merupakan pengekspor gas utama dunia, dan salah satu produsen minyak terkemuka.  Amerika Serikat (AS) telah memberlakukan embargo penuh terhadap minyak Rusia. Karena, pasokam energi AS tidak terlalu bergantung pada Rusia. Sementara negara-negara Eropa sejauh ini mengesampingkan opsi untuk melarang impor energi dari Rusia. Kanselir Jerman Olaf Scholz telah berulang kali menjelaskan bahwa impor energi Rusia penting bagi ekonomi Eropa. Jerman dan Inggris belum lama ini mulai mengunjungi kawasan Teluk untuk mendiversifikasi ketergantungan energi pada pasokan Rusia.

Poroshenko menyebut ketergantungan pasokan energi Barat kepada Rusia "tidak bermoral". Dia mengatakan bahwa, tindakan tersebut sama saja dengan mendukung pembunuhan terhadap orang Ukraina. 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement