Pertemuan G20 EDM-CSWG Dibuka di Yogyakarta, Bahas Perubahan Iklim

Rep: Silvy Dian Setiawan/ Red: Yusuf Assidiq

Pertemuan G20 Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (EDM-CSWG) di Yogyakarta.
Pertemuan G20 Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (EDM-CSWG) di Yogyakarta. | Foto: Dokumen

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- G20 Environment Deputies Meeting and Climate Sustainability Working Group (EDM-CSWG) dimulai. Pertemuan ini menjadi langkah awal menyusun komitmen kolektif negara-negara G20 atasi permasalahan lingkungan dan perubahan iklim.

Pertemuan G20 EDM-CSWG pertama ini dihadiri 81 delegasi dari 20 negara dan berlangsung hybrid, daring, maupun luring. Turut hadir Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK), Siti Nurbaya Bakar, menyampaikan sambutan selamat datang.

Chair G20 EDM-CSWG, Laksmi Dhewanthi mengatakan, pertemuan berlangsung 21-24 Maret 2022 yang sudah dimulai lewat Water Dialog dan Climate Sustainability Working. Tahun ini, ia menuturkan, pertemuan membahas tiga isu prioritas.

Pertama, mendiskusikan berbagai elemen yang mendukung agenda-agenda pemulihan berkelanjutan. Kedua, mendukung perlindungan lingkungan, membahas hal-hal yang akan memperkuat upaya-upaya aksi nyata baik berbasis darat dan berbasis laut.

Hal itu untuk mencapai tujuan perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup dan agenda-agenda perubahan iklim berkelanjutan. Ketiga, akan mendorong agar terjadi mobilisasi sumber daya, termasuk pendanaan, teknologi, dan peningkatan kapasitas.

"Untuk memastikan aksi nyata dalam mencapai target pengelolaan dan perlindungan hidup agar perubahan iklim tercapai," kata Direktur Jenderal Pengendalian Perubahan Iklim Kementerian LHK itu di Tentrem Hotel Yogyakarta, Selasa (22/3/2022).

Co-Chair G20 EDM-CSWG, Sigit Reliantoro menuturkan, kemarin sudah dilakukan lokakarya yang kelanjutan dari proses pembelajaran presidensi sebelumnya, Water Dialog. Mengidentifikasi berbagai pengetahuan best practice pengelolaan air.

Ia menjelaskan, ada empat topik yang dibahas mulai dari biodiversity, marine and ocean, space, and renewable energy. Namun, topik utama yang mereka dorong tidak lain rehabilitasi mangrove dan restoring peatland and critical land areas.

"Kita turut mendorong alih teknologi dan pengetahuan di tropical peatland. Kita sudah ada kelembagaan, tinggal menunggu dukungan negara-negara lain untuk bisa menjadi gerakan perbaikan lingkungan secara global," ujar Dirjen PPKL KLHK itu.

Laksmi menambahkan, setelah pertemuan ini, pertemuan kedua akan dilaksanakan pada Juni dan pertemuan ketiga dilaksanakan pada Agustus. Setelah itu, akan dilakukan pertemuan tingkat menteri sampai menghasilkan documents communique.

Yang mana, lanjut Laksmi, memuat berbagai isu penting yang dibahas dan agenda penting yang akan dilaksanakan negara-negara G20. Selain itu, agenda ini akan menghasilkan satu kumpulan rekomendasi aksi konservasi ekosistem dan lain-lain.

Laksmi menekankan, pesan Presiden Joko Widodo, Indonesia G20 Presidensi tidak boleh sekadar pertemuan yang menghasilkan narasi maupun deklarasi. Tapi, Indonesia harus mampu memberikan contoh dan aksi nyata kepada dunia.

"Indonesia G20 Presidency harus menunjukkan kepemimpinan, Indonesia melakukannya dengan leading by example, dari Indonesia dunia akan pulih bersama," kata Laksmi.  

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini

Terkait


Di Forum Parlemen Dunia, Puan Suarakan Harapan Generasi Muda Soal Perubahan Iklim

Jelang Ramadhan, Polda DIY Sidak ke Pelaku Usaha Minyak Goreng

Gelaran Festival Van Der Wick di Yogyakarta

Jogja Halal Festival Dorong Yogya Jadi Primadona Baru Wisata Syariah

Es Laut Antartika Capai Rekor Terendah pada Bulan Lalu

Republika Digital Ecosystem

Kontak Info

Republika Perwakilan DIY, Jawa Tengah & Jawa Timur. Jalan Perahu nomor 4 Kotabaru, Yogyakarta

Phone: +6274566028 (redaksi), +6274544972 (iklan & sirkulasi) , +6274541582 (fax),+628133426333 (layanan pelanggan)

[email protected]

Ikuti

× Image
Light Dark