Rabu 23 Mar 2022 00:45 WIB

Masjid Jamik Usang Pasia, Berdiri Sejak Masa Perang Padri

Pembangunan Masjid Jamik Usang Pasie diprakarsai ulama masyhur Syekh Muhammad Husin.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Ani Nursalikah
Masjid Jamik Usang Pasie di Jorong Pincuran, Nagari Pasie, Kabupaten Agam yang sudah ada sejak zaman perang padri. Masjid Jamik Usang Pasia, Berdiri Sejak Masa Perang Padri
Foto: dok. Istimewa
Masjid Jamik Usang Pasie di Jorong Pincuran, Nagari Pasie, Kabupaten Agam yang sudah ada sejak zaman perang padri. Masjid Jamik Usang Pasia, Berdiri Sejak Masa Perang Padri

REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI -- Kota Bukittinggi dan Kabupaten Agam, Sumatra Barat memiliki banyak masjid tua yang telah berusia beberapa abad. Salah satunya adalah Masjid Jamik Usang Pasia. Masjid ini terletak di Jorong Pincuran, Nagari Pasie, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.

Penjaga Masjid Jamik Usang Pasia, Nasrul Hamid (81 tahun), mengatakan masjid ini salah satu bukti sejarah syiar Islam di daerah Pasie sejak masa perang padri.

Baca Juga

"Ini adalah masjid tertua di sini. Lebih kurang sudah dua abad. Masjid ini sudah ada sejak awal masa perang padri," kata Nasrul, Selasa (22/3/2022).

Nasrul menyebut pembangunan Masjid Jamik Usang Pasie diprakarsai oleh ulama masyhur di daerah itu. Ulama itu bernama Syekh Muhammad Husin atau dikenal dengan Tuanku Kubu Sanang yang bergelar Inyiak Gobah.

Nasrul menyebut Inyiak Gobah dikenal masyarakat sekitar dengan nama Angku Merapi. Daerah itu hanya berjarak beberapa kilometer dari Gunung Marapi.

Syekh Muhammad Husin adalah seorang tokoh 'Harimau Nan Salapan' yang dipimpin oleh Tuanku Nan Ranceh. Ia berguru kepada Tuanku Nan Tuo di Cangkiang, Batu Taba, Agam yang juga guru dari para tokoh Harimau Nan Salapan yang lain.

Inyiak Gobah bersama masyarakat mendirikan masjid ini dari bahan kayu-kayu tua yang berasal dari Gunung Marapi. Mereka semangat mendirikan rumah ibadah untuk menjadi pusat syiar Islam di Pasie saat itu. Masjid akan dijadikan pusat pembelajaran agama dan mendidik karakter masyarakat agar lebih paham agama Islam.

Nasrul menyebut cara membawa kayu ke perkampungan Pasia saat itu dengan cara menggelindingkan dari lereng. Ketika itu, kayu sempat tersangkut.

Kayu berhasil sampai di bawah berkat bantuan Allah SWT. Allah menurunkan bencana galodo di lereng Gunung Marapi sehingga kayu yang tersangkut itu terbawa sampai ke bawah.

"Kayu itu ternyata berhenti di sini, tepat di lokasi bangunan masjid ini," ucap Nasrul.

 

 

BACA JUGA: Ikuti Serial Sejarah dan Peradaban Islam di Islam Digest , Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَمَا تَفَرَّقُوْٓا اِلَّا مِنْۢ بَعْدِ مَا جَاۤءَهُمُ الْعِلْمُ بَغْيًاۢ بَيْنَهُمْۗ وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَّبِّكَ اِلٰٓى اَجَلٍ مُّسَمًّى لَّقُضِيَ بَيْنَهُمْۗ وَاِنَّ الَّذِيْنَ اُوْرِثُوا الْكِتٰبَ مِنْۢ بَعْدِهِمْ لَفِيْ شَكٍّ مِّنْهُ مُرِيْبٍ
Dan mereka (Ahli Kitab) tidak berpecah belah kecuali setelah datang kepada mereka ilmu (kebenaran yang disampaikan oleh para nabi) karena kedengkian antara sesama mereka. Jika tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dahulunya dari Tuhanmu (untuk menangguhkan azab) sampai batas waktu yang ditentukan, pastilah hukuman bagi mereka telah dilaksanakan. Dan sesungguhnya orang-orang yang mewarisi Kitab (Taurat dan Injil) setelah mereka (pada zaman Muhammad), benar-benar berada dalam keraguan yang mendalam tentang Kitab (Al-Qur'an) itu.

(QS. Asy-Syura ayat 14)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement