Selasa 22 Mar 2022 19:52 WIB

Pakar Sarankan Tetap Waspada Saat Pelonggaran di Ramadhan

Pelonggaran selama Ramadhan bisa jadi bumerang bila tidak diimbangi prokes.

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Indira Rezkisari
Santri Pondok Modern Gontor asal Bandung disambut sanak keluarganya di Masjid STAI Persis, Bandung, Selasa (22/3/2022). Mereka akan menjalani masa libur Ramadhan hingga usai Idul Fitri 1443 H nanti. Masyarakat Indonesia berharap Ramadhan tahun ini bisa berjalan normal.
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Santri Pondok Modern Gontor asal Bandung disambut sanak keluarganya di Masjid STAI Persis, Bandung, Selasa (22/3/2022). Mereka akan menjalani masa libur Ramadhan hingga usai Idul Fitri 1443 H nanti. Masyarakat Indonesia berharap Ramadhan tahun ini bisa berjalan normal.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI), Prof Zubairi Djoerban mengatakan, tak menutup kemungkinan saat bulan Ramadhan nanti status pandemi sudah berubah menjadi endemi. Namun, ia menekankan status endemi masih sangat memungkinkan terjadi penularan bahkan kematian.

"Kita memang harus waspada, sekarang memang sudah tidak ada jaga jarak pemeriksaan PCR atau antigen, tapi pemerintah kan menegaskan kita masih transisi, dalam proses ini pemerintah sadar benar apakah ada lonjakan kasus atau tidak. Kalau ada naik kematian perlu ditinjau," kata Zubairi, Selasa (22/3/2022).

Baca Juga

"Kapan endemi Covid-19 di Indonesia terjadi? Tidak akan lama lagi. Mungkin pas bulan puasa, atau sekitar tiga bulan. Semoga. Bismillah," sambung Zubairi.

Zubairi mengatakan, untuk mencapai endemi, harus diimbangi dengan protokol kesehatan yang ketat. Masyarakat diminta untuk tidak abai untuk mencuci tangan, memakai masker serta menjaga jarak. Tak hanya itu, cakupan vaksinasi dosis penuh dan booster pun harus terus dikejar guna meningkatkan imunitas.

"Mohon diingat ada kemungkinan selesai, ada kemungkinan tidak. Endemi itu bukan berarti situasinya tak ada Covid-19 sama sekali. Bukan berarti juga kita nggak berpikir tentang Covid-19 lagi. Penyakit ini tetap ada. Statis. Tak terlalu meningkat, tak terlalu turun dan tak ada lonjakan besar yang tak terduga seperti tahun-tahun sebelumnya,\" jelasnya.

Epidemiolog Dicky Budiman dari Universitas Griffith Australia mengatakan, pemerintah harus tetap waspada melakukan pelonggaran aturan di bulan puasa mendatang. Meski cakupan vaksinasi Covid-19 sudah tinggi, langkah ini dirasa perlu karena Indonesia masih dalam kondisi rawan.

"Potensi lonjakan kasus itu tetap gidak bisa kita anggap remeh. Karena tetap ada potensinya. Modal imunitas sudah ada, tapi potensi itu ada," kata Dicky kepada Republika.

Modal lainnya, lanjut Dicky, adalah dengan melakukan akselerasi vaksinasi Covid-19. Ia mengimbau, vaksinasi booster diberikan kepada setidaknya 25 persen dari target sebelum Lebaran 2022.

"Dalam masa Ramadhan dan mudik harus dipastikan orang yang beraktivitas sudah vaksin setidaknya dua dosis. Vaksin jadi kebiasaan baru tak bisa dipisahkan,\" tegasnya.

Dicky menambahkan, dari beragam situasi tersebut ditambah adanya pelonggaran-pelonggaran yang saat ini dilakukan, seharusnya diikuti dari penguatan aspek lain. Untuk pelaksanaan ibadah di bulan puasa nanti, sambung Dicky, juga harus tetap ada pengetatan.

Ia pun menuturkan, seperti shaf sholat yang sudah ditiadakan jaga jarak, harus tetap memerhatikan beberapa syarat. Salah satunya, harus dipastikan sirkulasi udara di masjid atau tempat ibadah sudah baik, bila belum maka ventilasi harus ditambah.

Selain itu, pelaksanaan ibadah tetap harus mengenakan masker. Masjid juga harus memastikan jemaahnya memenuhi syarat vaksinasi, serta skrining terhadap gejala dan kasus kontak erat.

"Lansia dan punya komorbid wajib banget pakai N95, dan sebaiknya mereka dipastikan juga sudah booster. Syarat vaksin tetap, wajib, (jamaah) dua dosis wajib,” ujar dia.

“Bagi lansia dan komorbid booster wajib, kemudian masalah tidak bergejala dan tidak kasus kontak harus diskrining. Sebaiknya yang ibadah ini masuk kategori kecil untuk tertular dan menularkan,” lanjut Dicky.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement