Selasa 22 Mar 2022 22:41 WIB

Ridwan Kamil: 3.000 Pesantren di Jabar Punya Usaha Sendiri

Dari pesantren tersebut, 17 persen di antanya memanfaatkan teknologi digital.

Rep: Fauziah Mursid/ Red: Andi Nur Aminah
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.
Foto: ANTARA/Fakhri Hermansyah
Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan Jawa Barat mengikuti arahan Wapres agar tiap pesantren mengikuti program One Pesantren One Product (OPOP). Saat ini, Ridwan mengatakan, lebih dari 3 000 pesantren di Jabar telah memiliki usaha syariah sendiri.

"Jadi selama tiga tahun arahan Wapres sudah kami laksanakan sehingga pesantren-pesantren yang punya bisnis itu sudah lebih dari 3.000," kata Ridwan Kamil saat mendampingi Wapres menghadiri acara Peresmian Peluncuran Digitalisasi Pertanian di Pondok Pesantren Al Ittifaq, Selasa (22/3/2022).

Baca Juga

Bahkan, Ridwan mengungkap sekitar 17 persen dari 3.000 pesantren tersebut telah memanfaatkan teknologi digital dalam bisnisnya. Hal ini dampak dari edukasi kepada masyarakat.

"(Sekarang) kasih makan ikan pakai handphone (Hp), kasih makan ayam, nyiram tanaman, termasuk (Ponpes) Al Ittifaq juga begitu ya. Jadi semua sudah dengan internet of things, itulah masa depan pangan Jawa Barat sesuai arahan Wapres yang akan dikembangkan," ujarnya.

Ia mengatakan, konsep bisnis korporasi pertanian di Pesantren Al Ittifaq ini juga sudah masuk kategori kelas dunia dengan kerja sama dengan Jepang, Belanda dan negara lainnya. Karena itu, ia meminta agar tidak memandang rendah ekonomi pesantren.

"Jangan anggap remeh ekonomi di pesantren. Kerjasamanya sudah dengan Jepang dan Bela da, teknologi setara dengan mereka di dunia dan diselenggarakan bukan oleh korporasi besar tapi sama pesantren," katanya

Ridwan menuturkan melalui program Digitalisasi Pertanian di Ponpes Al Ittifaq yang diresmikan Wapres itu juga, akan mementori pesantren-pesantren kecil yang memiliki usaha sendiri memfasilitasi penjualan produknya. "Pesantren yang kecil-kecil nanti dimentori dan difasilitasi penjualannya via (Ponpes) Al Ittifaq ini, karena kadang-kadang kalau dari pesantren langsung ke pasar, itu banyak dinamika yang akhirnya merugikan," katanya.

Ia pun berharap pesantren-pesantren kecil sebaiknya bersatu dalam korporasi bisnis yang misalnya dimotori Al Ittifaq, kemudian Al Ittifaq yang bernegosiasi dengan pasar.

"Jadi secara statistik itu dan insya Allah seluruh pesantren diharapkan punya model bisnis mendekati apa yang ada di sini," harapnya.

 

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Yuk Ngaji Hari Ini
وَلَقَدْ اَرْسَلْنَا رُسُلًا مِّنْ قَبْلِكَ مِنْهُمْ مَّنْ قَصَصْنَا عَلَيْكَ وَمِنْهُمْ مَّنْ لَّمْ نَقْصُصْ عَلَيْكَ ۗوَمَا كَانَ لِرَسُوْلٍ اَنْ يَّأْتِيَ بِاٰيَةٍ اِلَّا بِاِذْنِ اللّٰهِ ۚفَاِذَا جَاۤءَ اَمْرُ اللّٰهِ قُضِيَ بِالْحَقِّ وَخَسِرَ هُنَالِكَ الْمُبْطِلُوْنَ ࣖ
Dan sungguh, Kami telah mengutus beberapa rasul sebelum engkau (Muhammad), di antara mereka ada yang Kami ceritakan kepadamu dan di antaranya ada (pula) yang tidak Kami ceritakan kepadamu. Tidak ada seorang rasul membawa suatu mukjizat, kecuali seizin Allah. Maka apabila telah datang perintah Allah, (untuk semua perkara) diputuskan dengan adil. Dan ketika itu rugilah orang-orang yang berpegang kepada yang batil.

(QS. Gafir ayat 78)

Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement