REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden telah meminta perusahaan dan organisasi swasta di AS untuk menutup pintu digital mereka ke Rusia. Badan intelijen AS menunjukkan Rusia sedang merencanakan serangan siber terhadap AS.
Otoritas dunia maya Inggris juga mendukung seruan AS untuk melakukan peningkatan tindakan pencegahan keamanan dunia maya meskipun tidak ada yang memberikan bukti bahwa Rusia merencanakan serangan dunia maya. Sebelumnya, Rusia menyatakan tuduhan tersebut sebagai Russophobia.
Namun, Rusia memang dikenal sebagai negara adidaya dunia maya dengan persenjataan alat siber yang serius dan para peretas andal yang mampu melakukan serangan siber yang mengganggu dan berpotensi merusak. Ukraina tidak terganggu oleh serangan siber Rusia tetapi para ahli sekarang khawatir Rusia mungkin melakukan serangan siber terhadap sekutu Ukraina.
Dilansir BBC, Rabu (23/3/2022), berikut ini serangan siber yang diduga dilakukan Rusia:
1.BlackEnergy
Pada tahun 2015 jaringan listrik Ukraina terganggu oleh serangan siber yang disebut BlackEnergy. Serangan ini menyebabkan pemadaman jangka pendek bagi 80 ribu pelanggan perusahaan utilitas di Ukraina barat.
Hampir tepat setahun kemudian, serangan siber lain yang dikenal Industroyer mengambil alih daya sekitar seperlima dari ibu kota Ukraina, Kyiv selama sekitar satu jam. AS dan Uni Eropa (UE) menyalahkan peretas militer Rusia.
“Rusia dapat mencoba melakukan serangan seperti ini terhadap Barat sebagai ilustrasi kemampuan dan untuk membuat pernyataan,” kata Responden Keamanan Siber Ukraina Marina Krotofil yang membantu menyelidiki peretasan pemadaman listrik.
2.NotPetya
NotPetya dianggap sebagai serangan siber yang paling merugikan dalam sejarah. Otoritas AS, Inggris, dan UE menyalahkan sekelompok peretas militer Rusia.
Malware NotPetya tersembunyi dalam pembaruan perangkat lunak akuntansi populer yang digunakan di Ukraina. Namun, malware tersebut menyebar ke seluruh dunia sehingga menghancurkan sistem komputer ribuan perusahaan dan menyebabkan kerusakan sekitar 10 miliar dolar AS. Namun, Ilmuwan Komputer University of Surrey Prof Alan Woodward mengatakan serangan seperti itu juga membawa risiko bagi Rusia.
“Jenis peretasan yang tidak terkendali ini lebih seperti perang biologis karena sangat sulit untuk menargetkan infrastruktur kritis tertentu di tempat-tempat tertentu. NotPetya juga melihat korban di Rusia,” ujarnya.
3.Colonial Pipeline
Keadaan darurat terjadi di sejumlah negara bagian AS pada Mei 2021 setelah peretas menyebabkan pipa minyak vital ditutup. Colonial Pipeline membawa 45 persen pasokan solar, bensin, dan bahan bakar jet Pantai Timur dan itu menyebabkan kepanikan di pompa bensin.
Serangan ini tidak dilakukan oleh peretas pemerintah Rusia, tetapi oleh kelompok ransomware DarkSide yang diduga berbasis di Rusia. Beberapa pekan kemudian pasokan daging terpengaruh ketika kru ransomware lain bernama REvil menyerang JBS, pengolah daging sapi terbesar di dunia.