Rabu 23 Mar 2022 10:02 WIB

MHQH Berpotensi Munculkan Hafiz dan Hafizah Baru

Menurut Sekretaris Ditjen Bimas Islam Kemenag, MHQH bisa munculkan hafiz baru

Menurut Sekretaris Ditjen Bimas Islam Kemenag, MHQH bisa munculkan hafiz dan hafizah baru.
Foto: Kemenag
Menurut Sekretaris Ditjen Bimas Islam Kemenag, MHQH bisa munculkan hafiz dan hafizah baru.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Sekretaris Ditjen Bimas Islam Kementerian Agama (Kemenag) M. Fuad Nasar meyakini ajang Musabaqah Hafalan Alquran dan Al-Hadits (MHQH) Pangeran Sultan bin Abdul Aziz Alu Su'ud mempunyai potensi memunculkan hafiz dan hafizah baru.

"Alquran adalah kitab umat Islam yang universial. Maksudnya adalah siapa pun dari kalangan umat Islam bisa menghafal Alquran, tidak harus lulusan pesantren, bahkan lulusan dari sekolah umum banyak yang menghafal Al-Qur'an," ujar Fuad di Jakarta, Selasa (22/3/2022).

Baca Juga

Menurut Fuad, Alquran merupakan mukjizat terbesar dari Allah Swt untuk Nabi Muhammad SAW yang mudah untuk dihafal. "Tidak mesti harus lulusan pesantren asalkan dia punya niat dan kemauan pasti bisa menghafal Alquran. Ini adalah janji Allah Swt yang tercantum dalam Surah Al-Qomar," tuturnya.

Fuad mengatakan perhelatan MHQH Pangeran Sultan bin Abdul Aziz Alu Su'ud yang digelar rutin setiap tahun merupakan sumbangan yang sangat berarti bagi masyarakat Muslim Indonesia untuk pengembangan para penghafal Alquran. "Ajang ini sangat berarti bagi Muslim Indonesia untuk pengembangan hafalan Alquran, pembinaan ketakwaan, termasuk meningkatkan kualitas kehidupan umat beragama," katanya.

Fuad berpesan kepada para penghafal untuk tetap berkhidmat kepada Alquran dan Al-Hadits. Sebab, menurutnya, pengkhidmatan kepada Alquran merupakan salah satu bentuk memuliakan dan rasa syukur terhadap kitab umat Islam ini.

"Berkhidmat kepada Alquran merupakan salah satu bentuk memuliakan dan mengungkapkan rasa syukur karena umat Islam memiliki kitab suci yang terjamin keotentikannya sepanjang zaman. Alquran yang sekarang ada, tidak ada perbedaan sedikit pun dengan Alquran di zaman Nabi Muhammad SAW maupun zaman-zaman setelahnya," tambahnya.

Fuad menerangkan di zaman semakin canggih seperti saat ini banyak bermunculan metode-metode menghafal Alquran. Untuk itu, dia juga berpesan agar para penghafal menyesuaikan dengan zaman, sebab Alquran tidak hanya dihafal tetapi juga dijaga hafalannya.

"Menghafal Alquran dari masa ke masa terus mengalami perkembangan sesuai dengan penemuan para ahli di bidang tahfizul Quran. Apalagi sekarang era digital diharapkan para penghafal Alquran bisa memaksimalkan metode-metode baru untuk menjaga hafalan mereka. Menjaga artinya mereka harus menjaga diri, perilaku, akhlak, dan jalan hidup yang diridai Allah Swt," jelasnya.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement