Rabu 23 Mar 2022 13:30 WIB

Sebagian Penyintas Covid-19 Berisiko Alami Masalah Kardiometabolik, Termasuk Diabetes

Sebagian orang yang pernah kena Covid-19 mengembangkan diabetes.

Rep: Santi Sopia/ Red: Reiny Dwinanda
Tes gula darah (Ilustrasi). Sejak pandemi Covid-19, kasus diabetes meningkat tajam.
Foto: www.pixabay.com
Tes gula darah (Ilustrasi). Sejak pandemi Covid-19, kasus diabetes meningkat tajam.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Satu lagi studi yang menemukan potensi besar orang yang pulih dari Covid-19 mengalami diabetes. Penyintas Covid-19 40 persen lebih mungkin untuk menerima diagnosis diabetes baru dalam satu tahun terakhir dibandingkan dengan mereka yang tidak terinfeksi.

Peningkatan risiko setara dengan satu persen orang yang pernah kena Covid-19 mengembangkan diabetes. Jika dilihat dalam skala global, itu artinya ada jutaan kasus baru diabetes di seluruh dunia.

Baca Juga

Dalam penelitian yang diterbitkan daring di jurnal Lancet Diabetes and Endocrinology, sebagian besar penyintas didiagnosis diabetes tipe 2, bukan tipe 1. Beberapa peneliti mengatakan, Covid-19 juga bisa memicu diabetes tipe baru di mana sel-sel tertentu secara keliru mulai menaikkan gula darah alih-alih menurunkannya.

Studi ini menambah bukti yang menunjukkan peningkatan risiko masalah kardiometabolik pasca Covid-19, seperti diabetes serta komplikasi jantung dan ginjal. Biasanya, gejala Covid-19 jangka panjang (long Covid) dikaitkan dengan masalah kognitif, kelelahan, atau sesak napas.

Tetapi para ilmuwan mengungkap kemungkinan berbagai jenis long Covid. Satu di antaranya ditentukan oleh masalah kardiometabolik yang muncul setelah Covid-19.

Sejauh ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperkirakan ada lebih dari 464 juta kasus Covid-19. Itu artinya, persentase kecil dari orang-orang yang mengalami komplikasi jangka panjang itu jumlahnya akan menjadi signifikan.

"Kami semakin mengetahui bahwa ini bukan hanya masalah pernapasan atau kabut otak atau hanya kelelahan," kata Ziyad Al-Aly, kepala penelitian dan pengembangan di VA St Louis Health Care System di Amerika Serikat, seperti dikutip dari Fox News, Rabu (23/3/2022).

Dr Al-Aly yang juga ahli epidemiologi klinis di Washington University di St Louis sekaligus pemimpin penelitian mengatakan, itu juga terkait dengan manifestasi di jantung, ginjal, dan diabetes. Tim dr Al-Aly baru-baru ini menerbitkan studi tentang risiko yang lebih luas tersebut.

Satu menunjukkan risiko lebih tinggi terkena masalah jantung, termasuk strok dan serangan jantung, pada penyintas Covid-19 daripada terhadap orang yang tidak pernah kena infeksi SARS-CoV-2. Lainnya menunjukkan pasien pasca Covid-19 lebih mungkin mengalami penurunan fungsi ginjal atau kerusakan ginjal sebanyak enam bulan setelah infeksi jika dibandingkan dengan pasien yang tidak menderita Covid-19.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement