REPUBLIKA.CO.ID, ANKARA -- Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyerukan upaya kolektif untuk melindungi hak-hak Muslim dan meringankan penderitaan yang mereka hadapi di seluruh dunia, termasuk di Palestina, Kashmir, dan Siprus, Selasa (22/3/2022). Penyataannya ini disampaikan dalam pertemuan para menteri luar negeri Organisasi Kerja Sama Islam (OKI) di Islamabad.
“Ini adalah perang, teror, rasa sakit, dan penderitaan yang muncul dari pendudukan Yerusalem selama tujuh dekade,” kata Cavusoglu, dilansir dari Yeni Safak, Rabu (23/3/2022).
Dia juga mengatakan Muslim Turki di Siprus telah ditolak hak-hak fundamentalnya selama lima dekade, serta saudara dan saudari Muslim di Kashmir yang dikelola India. Ia juga menggambarkan penderitaan Muslim Uyghur di provinsi Xinjiang China yang dianiaya dan berharap agar mereka tidak dibiarkan menderita sendirian.
"Di China, orang Turki Uighur dan Muslim lainnya mengalami kesulitan dalam melindungi identitas dan hak budaya mereka," katanya.
Mengutip sabda Nabi Muhammad yang menyerukan persatuan di antara umat Islam, dia mengatakan penderitaan Muslim Uyghur dan Muslim Turki di Siprus tidak boleh diabaikan hanya karena "Anda memiliki hubungan baik dengan negara itu," referensi terselubung untuk hubungan baik antara China dan beberapa negara Muslim, termasuk Pakistan.
"Kami tidak ingin Anda merusak hubungan Anda dengan negara itu. Tetapi Anda harus menggunakan hubungan baik ini untuk memperbaiki situasi di mana komunitas Uighur hidup," ujarnya.
Cavusoglu juga menyebutkan larangan jilbab baru-baru ini di beberapa negara bagian India. Ia sangat menyesalkan wanita Muslim tidak diberi haknya untuk menutupi kepala mereka.