REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin mengatakan, relaksasi kebijakan terkait Covid-19 memang sudah banyak terjadi di negara-negara Eropa. Ia menjelaskan, perubahan status menjadi endemi tak hanya dilihat dari faktor kesehatan.
"Transisi dari pandemi ke endemi itu tidak 100 persen faktor kesehatan, itu banyak faktor sosial, politik, ekonomi, budaya juga. Kenapa kita lihat Eropa sudah cukup melonggarkan? karena tekanan politik masyarakatnya tinggi," ujar Budi dalam rapat kerja dengan Komisi IX DPR, Rabu (23/3/2022).
Budi menjelaskan, masyarakat Eropa sering melontarkan protesnya kepada pemerintah terhadap kebijakan penanganan Covid-19. Hal tersebut makin diperkuat dengan survei yang menyebut warga di Eropa sudah tak takut dengan virus tersebut.
"Akibatnya apa? Pressure untuk negara-negara Eropa, di mana masyarakatnya sudah tidak takut menghadapi Covid, itu membuat pemerintahnya akhirnya mengambil keputusan politis. Bukan keputusan kesehatan, tapi keputusan yang pertimbangan sosial-politisnya tinggi," ujar Budi.
Berbeda dengan negara-negara di Asia, termasuk Indonesia, yang sebagian masyarakatnya masih takut terhadap Covid-19. Karena itu, faktor kesehatan masih menjadi acuan dasar pemerintah sebelum merubah status menjadi endemi.
"Ini adalah satu realitas yang kita hadapi bahwa transisi dari pandemi endemi tidak murni dari sektor kesehatan, tapi ada pertimbagnan-pertimbangan sosial-politik," ujar Budi.
Ia mengatakan, Pemerintah Indonesia juga tak 100 persen melihat faktor kesehatan sebagai acuan perubahan status pandemi menjadi endemi. Namun, pertimbangan dari faktor kesehatan menjadi yang paling penting sebelum mengambil keputusan.
"Kami memahami bahwa tidak mungkin 100 persen ada faktor kesehatannya, tapi memang sebaiknya pertimbangan sektor kesehatannya harusnya lebih tinggi sehingga kebijakan, policy, yang diambil tidak berbasis full emosi, tapi juga ada berbasis scientific-nya," ujar Budi.