REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kepala Staf Angkatan Laut (KSAL) Laksamana Yudo Margono menjelaskan, upaya TNI Angkatan Laut (AL) untuk pemenuhan program Kekuatan Pokok Minimum atau Minimum Essential Force (MEF). Salah satu upaya yang dilakukan, yakni pembangunan kapal perang.
Yudo mengatakan, TNI AL bergantung pada kekuatan alutsista mulai dari kapal, pesawat udara, marinir maupun pangkalan. Karena itu, setiap tahun TNI AL merencanakan adanya pembangunan kapal, baik kapal KRI maupun Kapal Angkatan Laut (KAL) untuk penegakkan hukum.
"Setiap tahun kita pasti merencanakan pembangunan kapal-kapal, selain menambah kekuatan juga untuk modernisasi kapal-kapal kita yang sudah tua," kata Yudo di Mabesal Cilangkap, Jakarta Timur, Rabu (23/3/2022).
Sementara itu, MEF merupakan standar kekuatan pokok dan minimum TNI yang mutlak disiapkan sebagai prasyarat utama terlaksananya efektivitas tugas pokok dan fungsi TNI dalam menghadapi ancaman aktual. Yudo menyebut, MEF tahap III periode 2020-2024 TNI AL baru mencapai sekitar 60 persen.
Kebijakan ini sudah dicanangkan oleh pemerintah sejak 2007 silam yang dimulai pada 2010 dan terbagi dalam tiga tahap, yakni Tahap I 2010-2014, Tahap II 2015-2019, dan Tahap III 2020-2024. "Dalam MEF kita kan baru tercapai sekitar 60 persen. Untuk mencapai MEF itu sehingga kita bangun terus untuk KRI-KRI untuk memperkuat ataupun untuk penegakkan kedaulatan hukum dan laut," kata dia.
Yudo mengungkapkan, 10 persen alutsista TNI AL sudah berumur di atas 30 tahun. Sebab itu, dia mengatakan, setiap tahun perlu dilakukan modernisasi alutsista.
Terbaru, TNI AL meluncurkan dua unit baru kapal patroli cepat berukuran 60 meter (PC-60 M) yang dibuat oleh PT Caputra Mitra Sejati (CMS) di Banten, Senin (21/3/2022). Kedua kapal itu diberi nama KRI Dorang-874 dan KRI Bawal-875.
"Kalau kemarin kita bangun PC-60, nah, ini juga sebagai tantangan bagi galangan-galangan dalam negeri yang selama ini sudah mampu membangun PC-40, jangan PC-40 terus, kita kembangkan menjadi PC-60. Sehingga PC-60 ini mampu untuk beroperasi sampai di ZEE (Zona Ekonomi Eksklusif)," kata dia.
"Waktu saya awal jadi KSAL sampaikan coba bangun PC-60, jangan 40 terus. Nah, ternyata mampu dengan kondisi itu. Nanti kita kembangkan lagi. Jadi galangan kita jangan kalah sama galangan luar negeri, ternyata kita juga mampu," kata dia.