REPUBLIKA.CO.ID, BERLIN -- Kanselir Jerman Olaf Scholz memperingatkan langsung Presiden Rusia Vladimir Putin untuk tidak menggunakan senjata kimia atau biologi di Ukraina. Hal ini dilaporkan media mingguan Jerman, Die Zeit, Rabu (23/3/2022).
Surat kabar itu mengutip Scholz yang mengatakan tuduhan Rusia bahwa Ukraina mengembangkan senjata kimia atau biologi atau Amerika Serikat (AS) ingin Kiev menggunakannya. "Seperti ancaman implisit Putin sendiri yang mempertimbangkan senjata semacam itu," kata Scholz pada Diet Zeit.
"Itulah mengapa penting bagi saya untuk memberitahunya dengan sangat jelas dan langsung: Itu tidak akan bisa diterima dan dimaafkan," tambahnya.
Sebelumnya Rabu (16/3/2022) pekan lalu dalam wawancara dengan surat kabar Le Parisien, Menteri Luar Negeri Jean-Yves Le Drian juga mengatakan Prancis akan mempertimbangkan meminta pertanggungjawaban Rusia bila Moskow menggunakan senjata kimia atau bakteriologis di Ukraina. Ia mengatakan senjata tidak konvensional ini akan mengakibatkan sanksi tambahan ke Rusia.
"Bila serangan kimia atau bakteriologis terjadi di Ukraina, kami tahu siapa satu-satunya yang bertanggung jawab, itu adalah Rusia," kata Le Drian.
"Penggunaan tidak konvensional merupakan eskalasi yang tidak dapat ditoleransi dan jelas akan mengarah pada respon sanksi ekonomi yang masih dan radikal, tanpa tabu," tambahnya.
Le Drian menolak untuk menjelaskan lebih lanjut sifat dari potensi sanksi bila serangan senjata kimia terjadi. Pada Ahad (13/3) lalu surat kabar Jerman, Welt Sontag melaporkan Sekretaris Jenderal Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) Jens Stoltenberg mengatakan Rusia mungkin menggunakan senjata kimia dalam invasi ke Ukraina.