Kamis 24 Mar 2022 00:58 WIB

Indonesia Negara Berpolusi Nomor Satu di Asia Tenggara

Indonesia memiliki tingkat konsentrasi PM2,5 tertinggi di Asia Tenggara 34,3 μg/m3

Rep: Dian Fath Risalah/ Red: Gita Amanda
Kabut polusi udara menyelimuti gedung-gedung di Jakarta, (ilustrasi). Indonesia menempati peringkat ke-17 negara-negara dunia dengan konsentrasi PM2,5 tertinggi yakni 34,3 μg/m3. Posisi ini sekaligus menjadikan Indonesia sebagai negara nomor satu yang paling berpolusi di kawasan Asia Tenggara.
Foto: ANTARA/Aditya Pradana Putra
Kabut polusi udara menyelimuti gedung-gedung di Jakarta, (ilustrasi). Indonesia menempati peringkat ke-17 negara-negara dunia dengan konsentrasi PM2,5 tertinggi yakni 34,3 μg/m3. Posisi ini sekaligus menjadikan Indonesia sebagai negara nomor satu yang paling berpolusi di kawasan Asia Tenggara.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indonesia kembali membukukan rapor merah dalam Laporan Kualitas Udara Dunia IQAir 2021. Kali ini, Indonesia menempati peringkat ke-17 negara-negara dunia dengan konsentrasi PM2,5 tertinggi yakni 34,3 μg/m3. Posisi ini sekaligus menjadikan Indonesia sebagai negara nomor satu yang paling berpolusi di kawasan Asia Tenggara.

Sementara itu, pada tingkatan ibu kota, Jakarta berada di peringkat ke-12 dengan rata-rata konsentrasi PM2,5 tertinggi yakni 39,2 μg/m3. Angka ini turun tipis dari rata-rata tahun sebelumnya, 39,6 μg/m3.

Baca Juga

Berdasarkan laporan IQAir, bulan-bulan dengan kadar konsentrasi PM2,5 tertinggi adalah pada Juni dan Juli, masing-masing 54,5 μg/m3 dan 57,2 μg/m3, sedangkan bulan-bulan dengan kadar konsentrasi PM2,5 terendah ialah pada Februari dan November, 24,3 μg/m3 dan 23,8 μg/m3.

Dari daftar kota-kota lainnya di Asia Tenggara, Surabaya dan Bandung masing-masing menempati urutan ke-11 dan ke-13 kota paling berpolusi. Adapun Samarinda, Kayu Agung, Banda Aceh, dan Palangkaraya masuk ke dalam daftar kota-kota dengan polusi paling rendah se-Asia Tenggara.

Secara keseluruhan, Laporan Kualitas Udara Dunia IQAir 2021 menemukan bahwa hanya tiga persen kota di seluruh dunia dan tidak ada satu negara pun yang memenuhi Pedoman Kualitas Udara PM2,5 tahunan terbaru Organisasi Kesehatan Dunia (WHO). Laporan ini menganalisis pengukuran polusi udara PM2,5 dari stasiun pemantauan udara di 6.475 kota di 117 negara, kawasan, dan wilayah.

Laporan Kualitas Udara Dunia 2021 IQAir adalah laporan kualitas udara global utama pertama yang berbasis dari Pedoman Kualitas Udara WHO untuk PM2,5 tahunan yang diperbarui. Pedoman baru dari WHO dirilis pada September 2021 dan memotong nilai pedoman PM2,5 tahunan yang ada, dari 10 μg/m3 ke 5 μg/m3.

Polusi partikel halus, yang dikenal sebagai PM2,5, umumnya diterima sebagai yang polutan paling berbahaya. Pantauan secara luas, polutan udara ini telah ditemukan menjadi faktor utama yang berkontribusi terhadap efek kesehatan manusia seperti asma, stroke, penyakit jantung, dan paru-paru. PM2,5 juga menyebabkan jutaan kematian dini setiap tahun.

“Ini adalah fakta yang mengejutkan bahwa tidak ada kota atau negara besar yang menyediakan udara yang aman dan sehat bagi warganya menurut pedoman kualitas udara Organisasi Kesehatan Dunia terbaru," kata Frank Hammes, CEO IQAir dalam keterangan, Rabu (23/3/2022).

Dalam laporan ini, sambungnya, dapat digarisbawahi betapa banyak pekerjaan yang harus dilakukan untuk memastikan bahwa setiap orang aman, udara bersih dan sehat untuk dihirup. "Sekarang saatnya beraksi,” ujar Frank.

Ia mengatakan, laporan ini adalah wake up call, bagaimana orang di seluruh dunia ditolak aksesnya ke udara bersih. Polusi udara PM2,5 dihasilkan melalui pembakaran bahan bakar termasuk batu bara, minyak dan gas fosil, pembangunan yang tidak berkelanjutan, serta kegiatan pertanian.

Sementara Avinash Chanchal Manajer Kampanye Greenpeace India menekankan dalam mengatasi krisis polusi udara membutuhkan pengembangan energi terbarukan, sumber daya, serta transportasi umum yang bersih dan mudah diakses. Selain itu, solusi untuk polusi udara juga solusi krisis iklim.

"Menghirup udara bersih harus menjadi hak asasi manusia, bukan hak istimewa,” tegasnya.

BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement