REPUBLIKA.CO.ID., MOSKOW -- Rusia tidak merencanakan serangan siber terhadap perusahaan-perusahaan Amerika Serikat (AS), kata juru bicara Kremlin Dmitry Peskov pada konferensi pers di Moskow, Selasa (22/3/2022). Peskov menanggapi pernyataan Presiden AS Joe Biden bahwa Rusia kemungkinan akan melakukan serangan siber untuk membalas sanksi Amerika.
"Federasi Rusia, tidak seperti banyak negara Barat, termasuk Amerika Serikat, tidak terlibat dalam bandit di tingkat negara bagian," ujar dia.
Peskov menahan diri untuk tidak berkomentar tentang jalannya pembicaraan damai Rusia-Ukraina karena khawatir itu akan merusak proses, yang tidak berjalan dengan kecepatan yang menguntungkan bagi Moskow.
"Kami yakin bahwa saat ini mempublikasikannya hanya dapat merusak proses negosiasi, yang sudah berjalan jauh lebih lambat dan kurang bermakna dari yang kami inginkan," kata dia.
Mengenai gagasan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy yang akan memungut suara untuk mengabulkan proposal Rusia, Peskov mengatakan, "Ukraina adalah negara berdaulat, dan harus ada beberapa prosedur internal."
Perang Rusia melawan Ukraina, yang dimulai 24 Februari, telah menarik kecaman internasional, menyebabkan sanksi keuangan di Moskow dan mendorong penarikan perusahaan global dari Rusia.
Setidaknya 925 warga sipil telah tewas selama perang di Ukraina dan hampir 1.500 lainnya terluka, menurut penghitungan PBB. Namun, PBB memperingatkan bahwa jumlah korban sebenarnya "jauh lebih tinggi."
Lebih dari 3,5 juta orang sejauh ini telah meninggalkan Ukraina di tengah serangan Rusia, menurut badan pengungsi PBB.