REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pakar mikrobiologi Universitas Indonesia (UI) Amin Soebandrio mengatakan, Covid-19 varian deltacron belum dilaporkan masuk Indonesia. Namun, ada beberapa isolat yang dicurigai.
"Kalau ditanya apakah deltacron sudah masuk Indonesia? Secara resmi belum dilaporkan. Tetapi ada beberapa isolat yang dilaporkan dan dicurigai mengandung komponen virus yang berbeda," ujarnya dalam sebuah konferensi virtual, Rabu (23/3/2022).
Kendati demikian, ia menegaskan isolat ini belum dideklarasikan sebagai deltacron. Lebih lanjut ia menjelaskan, deltacron masih dari virus yang sama yaitu SARS-CoV2. Namun, dia melanjutkan, virus ini membawa sebagian gen dari delta dan sebagian dari Omicron.
Kemudian, terjadi rekombinasi dan inilah yang disebut sebagai deltacron. Sebenarnya, ia menegaskan rekombinasi bukanlah barang baru. Ini terjadi cukup lama, tetapi baru belakangan diamati.
"Itupun baru diamati di beberapa negara saja. Belum banyak sih," katanya.
Ia menambahkan, belum ada bukti kuat bahwa deltacron lebih cepat menular atau menyebabkan kasus lebih berat atau lebih bertahan terhadap antibodi tubuh. Sebab, kasus deltacron masih sedikit.
Terkait kemungkinan deltacron menjadi variant of concern atau variant of interest organisasi kesehatan dunia PBB (WHO), Amin menjelaskan untuk disebut varian baru harus terbukti berbeda signifikan dari varian yang lama. Kemudian memiliki sifat lebih cepat menular. Atau bisa juga menyebabkan gejala klinis lebih berat atau sulit diobati, sulit didiagnosis, permasalahan yang serius, bahkan menyebabkan kematian.
"Kalau memenuhi salah satu persyaratan ini baru disebut varian baru," ujarnya. Sejauh ini, dia menambahkan, deltacron belum memenuhi kriteria untuk disebut variant of concern.