Kamis 24 Mar 2022 10:19 WIB

NATO Laporkan Rusia Kehilangan Ribuan Tentara di Ukraina

Sebagai perbandingan, Rusia kehilangan 15.000 tentara selama 10 tahun di Afghanistan.

Rep: Dwina agustin/ Red: Friska Yolandha
 Tank tentara Rusia bergerak di jalan di pinggiran Mariupol, Ukraina, Jumat, 11 Maret 2022. Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memperkirakan sebanyak 7.000 hingga 15.000 tentara Rusia telah meninggal dalam empat minggu perang di Ukraina, Rabu (23/3/2022).
Foto: AP/Evgeniy Maloletka
Tank tentara Rusia bergerak di jalan di pinggiran Mariupol, Ukraina, Jumat, 11 Maret 2022. Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memperkirakan sebanyak 7.000 hingga 15.000 tentara Rusia telah meninggal dalam empat minggu perang di Ukraina, Rabu (23/3/2022).

REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO) memperkirakan sebanyak 7.000 hingga 15.000 tentara Rusia telah meninggal dalam empat minggu perang di Ukraina, Rabu (23/3/2022). Sebagai perbandingan, Rusia kehilangan sekitar 15.000 tentara selama 10 tahun di Afghanistan.

Seorang pejabat senior militer NATO mengatakan perkiraan aliansi itu didasarkan pada informasi dari otoritas Ukraina, laporan Rusia, dan intelijen yang dikumpulkan dari sumber terbuka. Pejabat itu berbicara dengan syarat anonim di bawah aturan dasar yang ditetapkan oleh NATO.

Baca Juga

Pejabat NATO itu mengatakan 30.000 hingga 40.000 tentara Rusia diperkirakan meninggal dunia atau terluka. Dalam pembaruan terakhirnya, Rusia mengatakan pada 2 Maret bahwa hampir 500 tentara gugur dan hampir 1.600 terluka. Ukraina juga mengklaim telah membunuh enam jenderal Rusia, sementara Rusia mengakui hanya satu jenderal yang meninggal.

Angka-angka dari NATO mewakili perkiraan publik pertama aliansi tersebut tentang korban Rusia sejak perang dimulai. Ukraina telah merilis sedikit informasi tentang kerugian militernya dan Barat belum memberikan perkiraan. Presiden Ukraina Volodymr Zelenskyy mengatakan hampir dua minggu lalu, bahwa sekitar 1.300 prajurit Ukraina telah gugur.

Ketika Rusia melancarkan invasinya pada 24 Februari dalam serangan terbesar di Eropa sejak Perang Dunia II, kemungkinan besar akan menggulingkan pemerintah Ukraina. Namun, kehilangan ribuan pasukan usai empat pekan pertempuran menunjukan perlawanan sulit.

Pasukan Presiden Rusia Vladimir Putin pun memutuskan membombardir target dari jauh. Bahkan ancaman serangan senjata nuklir pun sempat disinggung sebagai upaya mempertahankan diri, terlebih lagi jika ada campur tangan Barat.

"Federasi Rusia mampu menghancurkan secara fisik setiap agresor atau kelompok agresor dalam hitungan menit dari jarak berapa pun,” kata kepala perusahaan kedirgantaraan negara, Roscosmos, Dmitry Rogozin, dalam sambutan yang disiarkan televisi.

Rogozin mencatat bahwa cadangan nuklir Moskow termasuk senjata nuklir taktis yang dirancang untuk digunakan di medan perang. Fasilitas itu diperkuat bersama dengan rudal balistik antarbenua. 

 

sumber : AP
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement