Kamis 24 Mar 2022 21:15 WIB

Irjen Napoleon Ingatkan Pendeta Saifuddin Ibrahim, Penista Agama Perlu Diberi Pelajaran

Jika satu sel bareng, Napoleon akan beri pelajaran Saifuddin, tapi tak anarkis.

Rep: Bambang Noroyono/ Red: Teguh Firmansyah
Terdakwa kasus suap penghapusan red notice Djoko Tjandra, Irjen Pol Napoleon Bonaparte.
Foto: Prayogi/Republika.
Terdakwa kasus suap penghapusan red notice Djoko Tjandra, Irjen Pol Napoleon Bonaparte.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Terpidana Inspektur Jenderal (Irjen) Napoleon Bonaparte mengancam Saifuddin Ibrahim, pendeta terduga penista agama Islam. Eks Kepala NCB Interpol Polri itu menegaskan, tak ada toleransi bagi para pelaku penistaan agama.

Napoleon mengatakan, jika kepolisian berhasil menangkap, dan menjebloskan Saifuddin ke sel tahanan, akan ada konsekuensi terhadapnya.

Baca Juga

“Kita tunggu kapan dia (Saifuddin) dapat (ditangkap). Kalau bila perlu pertemukan dengan saya,” ujar Napoleon usai sidang pendakwaan dirinya di Pengadilan Negeri Jakarta Selatan (PN Jaksel), Kamis (24/3).

Napoleon hadir di PN Jaksel, sebagai terdakwa kasus penganiyaan terhadap M Kece, pelaku penistaan agama Islam yang ditangkap Bareskrim Polri, Agustus 2021 lalu. Terkait Saifuddin, Napoleon mengatakan, perlu untuk membuat ‘pelajaran’ terhadap pendeta asal Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) tersebut.

Seperti halnya aksi yang dia lakukan terhadap Kece saat di Rutan Bareskrim Mabes Polri, kata Napoleon, pun terhadap Saifudin kelak. Akan tetapi, dikatakan Napoleon meyakinkan, aksinya terhadap Saifuddin, jika tertangkap, dan satu rutan, tak bakal anarkistis. “Jangan khawatir. Saya tidak akan aniaya dia,” kata Napoleon.

Hanya, kata Napoleon, tetap akan memberi pelajaran terhadap Saifudin. “Tidak saya aniaya. Paling kujilat saja dia,” ujar Napoleon.

Namun ketika ditanya jilat seperti apa, Napoleon cuma ketawa saja. Jenderal bintang dua itu malah mengingatkan, agar pemerintah dan kepolisian cepat dalam merespons setiap adanya tindak pidana penistaan agama di Indonesia.

Menurut Napoleon, para penista agama adalah para perusak persatuan bangsa, dan negara, serta perancu kedamaian antar sesama di Tanah Air. Ia berpendapat, ulah Saifudin lebih parah ketimbang Kece.

Kalau dibiarkan, dan tak dilakukan penindakan secara hukum, kata Napoleon, hanya akan merusak kerukunan sosial di Indonesia. “Sekarang muncul Saifudin Ibrahim, menistakan Islam lebih berat dari Kece. Kepolisian harus segera menangkap, dan meminta pertanggungjawaban hukum. Kalau tidak kita semua ini yang akan pecah,” ujar Napoleon.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement