REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) berkomitmen akan terus melanjutkan program mandatori biodiesel mengingat komoditas ini mempunyai nilai ekonomi besar mencapai 4 miliar dolar AS atau setara Rp 57,39 triliun pada 2021.
"Pada tahun 2021, nilai ekonomi dari implementasi B30 mencapai lebih dari 4 miliar dolar AS dan berhasil menurunkan emisi gas rumah kaca hingga 25 juta karbon dioksida ekuivalen," kata Menteri ESDM Arifin Tasrif dalam keterangan yang dikutip di Jakarta, Kamis (24/3/2022).
Arifin mengatakan pemerintah tidak akan berhenti hanya pada B30 saja, karena pihaknya berencana untuk meningkatkan pencampuran ke posisi yang lebih tinggi dengan menerapkan bahan bakar hijau. Saat ini, pemerintah sedang melakukan berbagai kajian komprehensif, antara lain menyiapkan kajian tekno ekonomi, kerangka regulasi, fasilitas insentif, infrastruktur, penetapan standar kualitas produk, hingga pengembangan industri pendukung.
Tak hanya menciptakan produk B30, pemerintah juga telah berhasil melakukan uji terbang pesawat menggunakan bioavtur 2,4 persen sebagai upaya pengurangan emisi di sektor penerbangan."Keberhasilan ini menambah kepercayaan dan semangat kami untuk mendorong komersialisasi bioavtur," ujar Menteri Arifin.
Ke depan, Kementerian ESDM akan menerapkan indikator keberlanjutan berupa indikator ekonomi, sosial, dan lingkungan. Pada 2022, Kementerian ESDM akan memulai implementasi indikator keberlanjutan biodiesel secara sukarela di sisi hilir.
"Kami berharap dalam waktu dekat indikator keberlanjutan biodiesel ini dapat diterapkan, baik di sisi hulu maupun hilir," tambahnya.
Biodiesel merupakan bahan bakar alternatif pengganti fosil karena memiliki pengaruh positif dalam berbagai aspek.Biodiesel merupakan bahan bakar nabati yang terdiri dari campuran senyawa metil ester dari rantai panjang asam lemak yang diperuntukkan sebagai bahan bakar alternatif mesin diesel.
Produk ini sebagai alternatif bahan bakar fosil yang dapat diandalkan dan memiliki peran strategis karena memiliki pengaruh positif dalam berbagai aspek.Biofuel yang dihasilkan dari sumber terbarukan berupa kelapa sawit memberikan nilai tambah melalui hilirisasi pertanian dalam negeri, menstabilkan harga minyak sawit mentah, meningkatkan kesejahteraan petani kecil, menghasilkan lebih sedikit emisi gas rumah kaca, mengurangi impor minyak, menghemat devisa dan neraca dagang, menyediakan kesempatan kerja, hingga menjaga ketahanan energi.
Pada 2022, Kementerian ESDM telah menetapkan alokasi biodiesel untuk pasar dalam negeri sebanyak 10,15 juta kiloliter. Kebijakan meningkatkan alokasi ini dengan pertimbangan asumsi pertumbuhan permintaan solar sebesar 5,5 persen dengan estimasi permintaan solar sebanyak 33,84 juta kiloliter.