Jumat 25 Mar 2022 01:35 WIB

Tiga Keterampilan yang Penting Dipunyai Anak untuk Bertahan Hidup

Ada tiga kategori keterampilan yang harus dikembangkan oleh anak

Rep: Antara/ Red: Christiyaningsih
Ada tiga kategori keterampilan yang harus dikembangkan oleh anak. (ilustrasi).
Foto: www.freepik.com
Ada tiga kategori keterampilan yang harus dikembangkan oleh anak. (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Psikolog Saskhya Aulia Prima dari Universitas Indonesia mengatakan untuk bisa bertahan hidup dan sukses di lingkungan yang berbeda, ada tiga kategori keterampilan yang harus dikembangkan oleh anak. Tiga kemampuan itu meliputi kemampuan kognitif dan metakognitif, kemampuan sosial dan emosional, serta kemampuan fisik dan praktikal.

Untuk melatih kemampuan kognitif dan metakognitif, orang tua dapat mengajak anak berdiskusi dan menyampaikan pendapat sejak dia bisa mulai berbicara. Sebagai contoh, anak usia dua tahun bisa diajak terlibat memilih satu dari dua makanan yang ingin dia makan.

Baca Juga

Jika anak masih bayi, kemampuan ini dilatih sesederhana mengajak anak berbicara dan menyebutkan benda-benda di sekitarnya. Perlu juga memberi ruang dan waktu untuk menjelajahi minat mereka. Berikan anak kebebasan untuk mengeksplorasi kreativitasnya.

Tantangan bagi orang tua adalah harus sabar dalam menunggu proses anak dan bisa mengasuh dengan lebih mindful. Kadang kala orang tua tak sabar ketika menunggu anak menyelesaikan pekerjaan yang menurut orang dewasa sepele, seperti menggunting kertas. Saskhya mengingatkan orang tua untuk menahan diri untuk membantu agar anak kelak bisa mandiri dalam menyelesaikan masalah.

"Tunggu dulu, kalau mau bantu pakai 'mulut' dulu, kasih instruksi saja. Tunggu waktu seberapa pun geregetannya kita, itu akan berguna buat anak," ujar dia. Menurutnya anak yang terlalu banyak diatur sejak kecil dapat kesulitan untuk membuat pilihan kelak.

Untuk mendorong perkembangan sosial dan emosional, biasakan anak mengomunikasikan perasaannya secara sehat. Ketika anak marah, tahan rasa jengkel dan beri pengakuan serta validasi atas perasaannya. Dari situ, anak dapat belajar bahwa perasaan bisa diungkapkan secara baik-baik.

"Orang tua perlu jadi pendengar kalau anak sedang mengungkapkan perasaannya, jangan dipotong," pesan dia.

Libatkan juga anak dalam kegiatan yang butuh kerja sama dengan orang lain. Misalnya, mengajak anak melakukan proyek bersama adik dan kakaknya di rumah atau bersama teman-temannya secara daring. Orang tua juga berperan sebagai panutan anak soal keterampilan sosial dan emosi yang baik. Jadilah contoh yang baik dalam menampilkan emosi.

"Perhatikan bagaimana anak saat marah, mungkin sekali anak mengikuti kita," katanya.

Untuk mengembangkan kemampuan fisik dan praktikal, orang tua dapat melatih anak melakukan hal-hal seperti memakai baju sendiri dan mengambil air minum sendiri. Eksplorasi juga kegiatan seperti musik, seni, dan olahraga yang menggunakan motorik halus.

Bantulah anak untuk membantu dirinya sendiri sebisa mungkin. "Kita harus berpikir kita membesarkan orang dewasa tapi masih anak-anak. Karena tujuannya kalau kita tidak ada, mereka sudah lebih siap untuk jadi pembelajar terus menerus," papar dia.

Yuk koleksi buku bacaan berkualitas dari buku Republika ...
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement