REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON -- Presiden AS Joe Biden mendukung dikeluarkannya Rusia dari kelompok ekonomi utama G-20 atas invasinya ke Ukraina. Pernyataan tersebut dijelaskannya setelah pertemuan puncak NATO di Brussel, Kamis (24/3).
“Saya mengemukakan kemungkinan jika itu tidak dapat dilakukan, jika Indonesia dan yang lainnya tidak setuju, maka menurut pandangan saya, kita harus meminta agar Ukraina menghadiri pertemuan juga,” kata Biden setelah pertemuan puncak NATO dilansir dari Al Arabiya, Kamis (24/3).
Amerika Serikat dan negara-negara sekutunya sedang menilai, apakah Rusia harus tetap di G-20 setelah invasinya di Ukraina. Menurut sejumlah sumber dari kantor berita Reuters, setiap usulan untuk mengeluarkan Rusia dari G-20 kemungkinan akan diveto oleh anggota-anggota G-20, seperti China, India, dan Arab Saudi, sehingga akan mendorong sejumlah negara lain melewatkan pertemuan-pertemuan G-20 tahun ini.
"Ada beberapa diskusi tentang apakah pantas bagi Rusia menjadi bagian G-20. Jika Rusia tetap menjadi anggota, (G-20) akan menjadi organisasi yang kurang bermanfaat," kata seorang sumber di G-7.
G-20 adalah kelompok 20 negara dan kawasan dengan ekonomi terbesar di dunia. Bersama kelompok yang lebih kecil G-7 (AS, Prancis, Jerman, Italia, Kanada, Jepang dan Inggris), G-20 menjadi platform penting untuk berkoordinasi secara global dalam berbagai hal, mulai dari aksi perubahan iklim hingga utang antarnegara
Aksi militer Rusia di Ukraina memang telah memicu kemarahan global dan mendorong sanksi berbagai negara Barat. Berbagai sanksi dari negara sekutu Amerika telah dijatuhkan kepada Rusia hingga kini.