Jumat 25 Mar 2022 12:50 WIB

Korea Utara Konfirmasi Uji Coba Rudal Antarbenua

Uji coba dilakukan untuk mempersiapkan "konfrontasi panjang" dengan Amerika.

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Friska Yolandha
Foto yang didistribusikan oleh pemerintah Korea Utara ini menunjukkan apa yang dikatakannya sebagai uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-17, di lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara pada 24 Maret 2022.
Foto: Korean Central News Agency/Korea News Service
Foto yang didistribusikan oleh pemerintah Korea Utara ini menunjukkan apa yang dikatakannya sebagai uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) Hwasong-17, di lokasi yang dirahasiakan di Korea Utara pada 24 Maret 2022.

REPUBLIKA.CO.ID, SEOUL -- Korea Utara mengkonfirmasi telah melakukan uji coba rudal balistik antarbenua (ICBM) atas perintah pemimpin Kim Jong-un. Uji coba ini bertujuan untuk meningkatkan pertahanannya dan mempersiapkan "konfrontasi panjang" dengan Amerika Serikat (AS).

Kim mengawasi uji coba ICBM pada Kamis (24/3/2022), dengan mengenakan jaket kulit berwarna hitam dan kacamata hitam. Rudal ICBM itu adalah tipe baru yang diberi nama Hwasong-17.

Baca Juga

Menurut media pemerintah, ICBM diluncurkan dari Bandara Internasional Pyongyang. Rudal tersebut melakukan perjalanan hingga ketinggian maksimum 6.248 km, dan terbang sejauh 1.090 km selama 67 menit sebelum jatuh ke Laut Jepang.

Kantor berita resmi Korea Utara, KCNA melaporkan, Kim memerintahkan tes tersebut karena, meningkatnya ketegangan militer di dalam dan sekitar semenanjung Korea. Termasuk konfrontasi dengan AS yang disertai bahaya perang nuklir.

"Munculnya senjata strategis baru Korea Utara akan membuat seluruh dunia dengan jelas menyadari kekuatan angkatan bersenjata strategis kami. Setiap pasukan harus dibuat untuk menyadari fakta bahwa, mereka harus membayar harga yang sangat mahal sebelum berani mencoba melanggar keamanan negara kita,” ujar Kim.

Korea Utara telah melakukan beberapa uji coba rudal sejak awal tahun. Menurut para analis, uji coba rudal ini bertujuan untuk memaksa AS menerima Korea Utara sebagai kekuatan nuklir dan menghapus sanksi internasional yang telah melumpuhkan ekonomi Pyongyang. 

Profesor studi internasional di Universitas Ewha Womans di Seoul, Leif-Eric Easley, mengatakan, rezim Kim tidak hanya bertekad untuk menyandera Korea Selatan dari ancaman militer yang dapat menghindari pertahanan rudal, dan kemampuan serangan pendahuluan. Kim juga memiliki tujuan untuk memperluas jangkauan nuklirnya untuk mencegah Washington membela sekutunya.

"Korea Utara sama sekali tidak memulai agresi pada skala invasi Rusia ke Ukraina. Tetapi ambisi Pyongyang juga melebihi pertahanan diri karena ingin membatalkan tatanan keamanan pascaperang di Asia," ujar Leif-Eric Easly.

Rudal ICBM, Hwasong-17 pertama kali terungkap dalam parade militer pada Oktober 2020 dan memiliki panjang sekitar 25 meter. Ini merupakan senjata jarak jauh Korea Utara. Menurut beberapa perkiraan, sistem rudal balistik ICBM adalah terbesar di dunia. Uji coba yang dilakukan pada Kamis adalah tes full-range pertama.

Militer Korea Selatan memperkirakan jangkauan Hwasong-17 sejauh 6.200 kilometer, atau lebih jauh dari Hwasong-15 yang merupakan ICBM terakhir yang diuji pada Oktober 2017.

Analis mengatakan, uji coba peluncuran senjata yang sukses kemungkinan merupakan bagian dari persiapan Pyongyang untuk menandai peringatan 110 tahun kelahiran pendiri negara, Kim Il-sung pada 15 April. Korea Utara biasanya merayakan hari jadi penting dengan uji coba senjata dan parade kekuatan militer.

“Kim Jong-un pada akhirnya ingin memantapkan dirinya sebagai pemimpin yang telah berhasil mengembangkan senjata nuklir dan ICBM,” ujar seorang sarjana studi Korea Utara, Ahn Chan-il.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement