REPUBLIKA.CO.ID, LVIV -- Deputi Perdana Menteri Ukraina Iryna Vereshchuk mengatakan negaranya berharap masyarakat yang terjebak di Mariupol yang dikepung pasukan Rusia dapat segera meninggalkan kota itu dengan mobil pribadi. Ia kembali mendesak jalur aman di kota pelabuhan tersebut.
Mariupol yang sebelum perang dihuni sekitar 400 ribu jiwa itu dikepung rapat pasukan Rusia selama berminggu-minggu. Warga yang terjebak di sana bersembunyi di ruang bawah tanah dengan sedikit makanan, air dan listrik.
Vereshchuk mengatakan warga yang berhasil meninggalkan Mariupol akan mencari bus yang menunggu mereka di dekat Kota Berdiansk. Bus-bus itu akan membawa warga ke Kota Zaporizhzhia.
"Kami akan melakukan semuanya dengan kekuatan kami sehingga bus-bus yang penuh dengan warga Mariupol itu sampai Zaporizhzhia hari ini," katanya, Jumat (25/3/2022).
Perang Rusia di Ukraina sudah berjalan selama satu bulan, menewaskan ribuan orang, mengubah kota-kota menjadi reruntuhan dan memaksa jutaan lainnya mengungsi. Serangan terbesar satu negara ke negara lain di Eropa sejak Perang Dunia II telah mengguncang ketertiban, keamanan dan perekonomian internasional.
Mariupol merupakan kota yang paling terdampak serangan Rusia. Citra satelit komersial Maxar menunjukkan kehancuran di kota yang pernah dihuni lebih dari 400 ribu jiwa tersebut. Seorang ibu dua anak, Angelina mengatakan ia kesulitan mendapatkan roti, popok dan makanan bayi.
"Sekarang sulit untuk pergi dengan bus, kami berharap sejumlah orang yang mencoba keluar akan menurun dan lebih mudah untuk pergi," katanya.