REPUBLIKA.CO.ID, KIEV -- Pemerintah Kota Mariupol, Ukraina yang dikepung pasukan Rusia mengatakan 300 orang tewas dalam serangan ke gedung teater pada 16 Maret lalu. Gedung itu digunakan sebagai tempat perlindungan para pengungsi.
Pada Jumat (25/3/2022) melalui saluran aplikasi kirim pesan Telegram, pemerintah kota mengutip saksi mata yang mengatakan "sekitar 300 orang" tewas dalam serangan itu. Belum diketahui apakah tim darurat sudah selesai melakukan ekskavasi di lokasi atau bagaimana saksi mata sampai pada total kematian tersebut.
Saat serangan terjadi gedung itu dipasang papan tanda bertuliskan "Anak-anak" dalam bahasa Rusia. Ditulis besar-besar agar terlihat dari langit.
Setelah serang komisioner hak asasi manusia parlemen Ukraina Ludmyla Denisov mengatakan lebih dari 1.300 orang berlindung di gedung teater tersebut. Dalam invasinya ke Ukraina, Rusia mengklaim hanya mengincar fasilitas-fasilitas militer tapi terbukti serangan udara dan rudal mereka menghancurkan pemukiman warga, sekolah dan rumah sakit di seluruh Ukraina.
Serangan udara Rusia pada gedung pemerintahan di Kharkiv pada 1 Maret lalu menewaskan 24 orang. Serangan ke rumah sakit bersalin dan anak pada 9 Maret menewaskan tiga orang dan melukai 17 lainnya.
Pada Senin (21/3) lalu setidaknya delapan orang tewas dalam serangan udara Rusia di pusat perbelanjaan Kiev. Selama berpekan-pekan Rusia mengepung rapat kota pelabuhan Mariupol. Bom Rusia yang tidak berhenti mengubah kota itu menjadi reruntuhan dan telah menewaskan ribuan orang.
Kota yang menghadap Laut Azov itu menjadi simbol penderitaan rakyat Ukraina pada invasi Rusia. Ribuan orang meninggalkan kota tersebut, memicu gelombang pengungsi yang PBB perkirakan sekitar 3,5 juta orang.