REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Formula 1 memutuskan tetap menggelar Grand Prix Arab Saudi setelah mendapat jaminan keamanan dari otoritas setempat menyusul serangan terhadap fasilitas Aramco, tak jauh dari sirkuit di Jeddah, Jumat (25/3/2022) waktu setempat. Kelompok Houthi dari Yaman mengeklaim mereka yang meluncurkan serangan ke fasilitas energi Arab Saudi, mengenai stasiun distribusi produk minyak perusahaan milik negara Aramco. Dua tangki minyak terbakar namun dilaporkan tidak ada korban jiwa.
"Kami telah menerima jaminan total bahwa keamanan negara menjadi yang utama," kata CEO Formula 1 Stefano Domenicali setelah bertemu dengan para pembalap, tim dan perwakilan pemerintah setempat, seperti dikutip Reuters.
"Mereka telah memasang semua sistem untuk melindungi wilayah ini, kota, tempat di mana kita akan balapan. Jadi kami merasa yakin dan kami harus percaya dengan otoritas setempat dalam hal itu."
Presiden FIA Mohammed Ben Sulayem berbicara di samping Domenicali, mengatakan serangan tersebut menargetkan infrastruktur ekonomi dan bukannya warga. "Kami mendapat jaminan tertinggi bahwa ini adalah tempat yang aman, semua hal ini akan aman dan mari kita balapan," kata Ben Sulayem.
Tanda-tanda pertama serangan terlihat ketika asap hitam mengepul di Jeddah di sebelah timur sirkuit ketika para pebalap menjalani sesi latihan pertama yang berjalan lancar pada Jumat.
Sesi kualifikasi Formula 2 juga berjalan sesuai jadwal. Akan tetap start dari sesi latihan kedua F1 tertunda 15 menit karena tim dan pebalap dipanggil untuk rapat dengan Domenicali. Bos Mercedes Toto Wolff mengatakan tim-tim telah sepakat untuk melangsungkan balapan dan bos tim Red Bull Christian Horner mengutuk serangan tersebut.
"Segala tindak terorisme tidak bisa dimaafkan," kata Horner kepada Sky Sports F1. "Olahraga ini tidak seharusnya diintimidasi ke dalam posisi dan situasi seperti itu tidak dapat diterima."