Sabtu 26 Mar 2022 15:59 WIB

Rusia Kirim Sinyal Kecilkan Ambisi di Ukraina

Moskow mengatakan tahapan pertama operasi sudah hampir selesai dan fokus ke Donbas.

Rep: Lintar Satria/ Red: Friska Yolandha
Seorang prajurit Ukraina menjaga posisinya di pinggiran Kharkiv, Ukraina, Rabu, 23 Maret 2022. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy terus dorong perundingan dengan Rusia.
Foto: AP/Andrew Marienko
Seorang prajurit Ukraina menjaga posisinya di pinggiran Kharkiv, Ukraina, Rabu, 23 Maret 2022. Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy terus dorong perundingan dengan Rusia.

REPUBLIKA.CO.ID, MARIUPOL -- Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy terus dorong perundingan dengan Rusia. Sementara Moskow memberi sinyal akan mengecilkan ambisinya untuk fokus pada wilayah yang diklaim separatis pro-Rusia di Ukraina timur setelah serangan di daerah lain mengalami kemandekan.

Dalam pengumuman yang disampaikan Kementerian Pertahanan Rusia, Jumat (25/3/2022) malam lalu mengindikasi Rusia akan membatasi tujuannya di Ukraina. Moskow mengatakan tahapan pertama operasi sudah hampir selesai dan kini akan fokus di wilayah Donbas yang berbatasan dengan Rusia.

Baca Juga

"Potensi tempur Angkatan Bersenjata Ukraina dianggap berkurang, yang memungkinkan fokus kami pada inti upaya untuk mencapai tujuan utama, meliberalisasi Donbas," kata Kepala Direktorat Jenderal Staf Operasional Utama, Sergei Rudskoi.

Pasukan separatis pro-Rusia di Donbas dan kemudian Luhansk sudah memeraing pasukan Ukraina sejak 2014 lalu. Separatis mendeklarasikan kemerdekaan sebelum invasi Rusia ke Ukraina. Sebelum menggelar serangan Moskow mengakui kemerdekaan dua wilayah tersebut.

Pengamat militer mengatakan pengakuan itu mempermudah Presiden Vladimir Putin untuk mengklaim kemenangan untuk menyelamatkan mukanya. Moskow mengatakan tujuan utama invasi yang mereka sebut "operasi militer khusus' itu untuk mendemiliterisasi dan "mendenazifikasi" negara tetangganya.

Negara-negara Barat mengatakan alasan Rusia tidak dapat membenarkan invasi. Barat yakin Rusia hendak menggulingkan pemerintahan Zelenskyy yang pro-Pakta Pertahanan Atlantik Utara (NATO).  

Perundingan berpekan-pekan gagal menghasilkan kemajuan signifikan. Dalam pidato yang ditayangkan di sebuah video, Zelenskyy mengatakan perlawanan tentaranya memberi "pukulan keras" bagi Rusia.

"Pasukan pertahanan kami mengarahkan pemimpin Rusia pada gagasan sederhana dan logis: kami harus berbicara, pembicaraan yang bermakna, segera dan adil," katanya.

Gedung Putih mengatakan dalam kunjungannya ke pangkalan militer Amerika Serikat (AS) di Polandia, pada Sabtu (26/3/2022) ini Presiden Joe Biden "akan menyampaikan pidato pada upaya persatuan dunia merdeka untuk mendukung rakyat Ukraina, menuntut pertanggung jawaban Rusia atas perang yang brutal, dan membela masa depan yang berakar pada prinsip-prinsip demokrasi."

PBB mengkonfirmasi sudah sekitar 1.081 warga sipil tewas dan 1.707 terluka sejak Rusia menginvasi Ukraina. Tapi PBB yakin angka sebenarnya lebih tinggi lagi.

Kantor jaksa agung Ukraina mengatakan sampai saat ini tercatat 136 anak-anak yang tewas terbunuh dalam perang. Kantor berita Interfax melaporkan kementerian pertahanan Rusia mengatakan invasi itu telah menewaskan 1.315 pasukannya dan melukai 3.835 lainnya.

Sementara Ukraina mengakui Rusia telah kehilangan sekitar 15 ribu prajuritnya. Angka tersebut belum dapat diverifikasi secara independen.

sumber : Reuters
BACA JUGA: Update Berita-Berita Politik Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement