REPUBLIKA.CO.ID, KABUL -- Penguasa Afghanistan, Taliban, tidak mengizinkan para wanita melakukan penerbangan termasuk ke luar negeri karena alasan mereka bepergian tanpa didampingi oleh wali laki-laki.
Dilansir dari AP, Sabtu (26/3/2022), para pejabat, yang berbicara dengan syarat anonim karena takut akan dampak dari Taliban, mengatakan banyak wanita yang tiba di bandara internasional Kabul untuk naik penerbangan domestik dan internasional diberitahu bahwa mereka tidak dapat melakukannya tanpa wali laki-laki.
"Beberapa wanita adalah warga negara ganda yang kembali ke rumah mereka di luar negeri termasuk beberapa dari Kanada. Penumpang wanita ditolak naik pesawat Kam Air dan Ariana Airline yang menuju ke Islamabad, Dubai dan Turki. Perintah itu datang dari pimpinan Taliban," kata salah satu pejabat Afghanistan.
Beberapa wanita yang bepergian sendiri diberi izin untuk naik penerbangan Ariana Airlines ke provinsi Herat barat. Namun, pada saat izin diberikan mereka telah berada di dalam pesawat yang sudah lepas landas.
Masih belum jelas apakah Taliban akan mengecualikan perjalanan udara dari perintah yang dikeluarkan beberapa bulan lalu yang mengharuskan perempuan bepergian lebih dari 72 kilometer untuk ditemani oleh kerabat laki-laki.
Diketahui, sejak mengambil alih kekuasaan Agustus lalu, para pemimpin Taliban telah bertengkar di antara mereka sendiri saat mereka berjuang untuk transisi dari perang ke pemerintahan. Ia memiliki garis keras seperti penjabat Perdana Menteri Mullah Hasan Akhund, yang mengakar kuat pada penjaga lama melawan yang lebih pragmatis di antara mereka, seperti Sirajuddin Haqqani.
Serangan terbaru terhadap hak-hak perempuan di Afghanistan yang dikelola Taliban yang menyangkal perjalanan udara perempuan ini, terjadi hanya beberapa hari setelah pemerintah yang berbasis agama semua laki-laki melanggar janjinya untuk mengizinkan anak perempuan kembali ke sekolah setelah kelas enam.
Dalam sebuah wawancara setelah menerima penghargaan Forum Doha, Mahboob meminta banyak pemimpin global dan pembuat kebijakan yang menghadiri forum tersebut untuk menekan Taliban agar membuka sekolah bagi semua anak Afghanistan.