Ahad 27 Mar 2022 10:01 WIB

Houthi Umumkam Gencatan Senjata Tiga Hari

Gencatan senjata dapat permanen jika koalisi pimpinan Saudi mengakhiri operasi

Rep: Rizky Jaramaya/ Red: Esthi Maharani
Kelompok pemberontak Houthi Yaman
Foto: AP
Kelompok pemberontak Houthi Yaman

REPUBLIKA.CO.ID, SANA'A -- Kelompok Houthi Yaman telah mengumumkan gencatan senjata tiga hari. Houthi mengatakan, gencatan senjata dapat menjadi permanen jika koalisi pimpinan Arab Saudi mengakhiri operasinya di Yaman.

Pernyataan itu muncul sehari setelah serangan pesawat tak berawak dan rudal menghantam sasaran di seluruh Arab Saudi, termasuk pabrik minyak di dekat balapan Formula Satu di Jeddah, yang memicu kebakaran besar. Pada Sabtu (26/3) setidaknya tujuh orang dilaporkan tewas dalam serangan udara yang dilakukan oleh koalisi pimpinan Saudi di Sana'a dan Hodeidah.

Baca Juga

Houthi mengatakan, serangan oleh koalisi Saudi menghantam pembangkit listrik, stasiun pasokan bahan bakar, dan kantor asuransi sosial yang dikelola negara di ibu kota.

Pemimpin politik Houthi, Mahdi al-Mashat mengumumkan penangguhan serangan rudal dan pesawat tak berawak. Termasuk semua tindakan militer untuk jangka waktu tiga hari.

“Ini adalah langkah-langkah praktis untuk membangun kembali kepercayaan, dan membawa semua pihak dari arena pembicaraan ke arena tindakan. "Kami siap untuk mengubah deklarasi ini menjadi komitmen final dan permanen jika Arab Saudi berkomitmen untuk mengakhiri pengepungan dan menghentikan serangannya di Yaman untuk selamanya,” ujar Al-Mashat, dilansir Aljazirah, Ahad (27/3).

Sejauh ini, belum ada tanggapan langsung dari Arab Saudi terkait gencatan senjata tersebut. Gencatan senjata terjadi pada peringatan ketujuh intervensi koalisi pimpinan Saudi untuk mendukung pemerintah Yaman, setelah Houthi yang didukung Iran merebut ibu kota Sanaa pada 2014. Konflik tersebut telah menewaskan puluhan ribu orang. Termasuk sebagian besar warga sipil, serta menyebabkan jutaan orang menghadapi kelaparan dan penyakit.

Pada Sabtu, koalisi juga memberi Houthi tenggat waktu tiga jam untuk menarik senjata dari bandara Sana'a dan dua pelabuhan di Laut Merah. Peningkatan ketegangan terjadi ketika Dewan Kerjasama Teluk (GCC) berencana menggelar dialog bagi pihak-pihak yang bertikai di Riyadh pada akhir bulan.

Houthi menolak melakukan dialog di ibu kota Saudi, yang merupakan kantor pusat GCC. Houthi mengatakan, mereka tidak akan melakukan negosiasi di negara musuh.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement