REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Aktivitas pariwisata di Pantai Balongan Indah 2 (Bali 2) Kabupaten Indramayu, hingga kini belum kembali normal pascatercemar ceceran solar milik Pertamina. Kondisi serupa juga dirasakan nelayan setempat.
Ceceran solar di Pantai Bali 2 itu pertama kali ditemukan warga pada Senin (14/3) siang dan semakin parah pada Rabu (16/3) malam. Sejak saat itu, aktivitas pariwisata maupun nelayan setempat menjadi terganggu.
Pengelola Pantai Bali 2, Akso Surya Darmawangsa, mengatakan, selama sepekan setelah adanya pencemaran solar itu, aktivitas pariwisata di Pantai Bali 2 menjadi sepi pengunjung. Padahal, dalam kondisi normal, jumlah pengunjung rata-rata mencapai 200 – 300 orang per hari di hari kerja dan sekitar 3 ribu orang di akhir pekan.
Sepinya pengunjung itu akhirnya berdampak pada masyarakat yang menggantungkan aktivitas ekonominya di pantai tersebut. Seperti pedagang, penyewa ban dan penyewa wahana permainan.
"Selama seminggu pertama mereka tidak ada pemasukan. Namun di minggu kedua memang sudah mulai ada meski belum normal," kata Akso, saat ditemui Republika di Pantai Bali 2, Desa/Kecamatan Balongan, Ahad (27/3).
Akso mencontohkan, pada Ahad (27/3) sejak pagi hingga sekitar pukul 11.00 WIB, jumlah pengunjung yang dihitung berdasarkan tiket masuk yang terjual, ada sekitar 400 orang. Sedangkan biasanya, jumlah pengunjung di akhir pekan bisa mencapai 3 ribu orang.
Berdasarkan pantauan Republika, Ahad (27/3) siang, ratusan pengunjung terlihat menikmati berbagai wahana maupun sekedar bersantai di pinggir Pantai Bali 2. Adapula beberapa orang pengunjung yang bermain air di pantai tersebut.
Akso mengatakan, bau ceceran solar sebenarnya masih tercium sedikit jika kebetulan angin bertiup dari arah timur laut. Sedangkan jika angin bertiup dari arah barat seperti yang terjadi pada Ahad (27/3), bau solar tidak tercium.
"Belum clear sepenuhnya. Masih bau sedikit, air juga masih terasa agak licin. Tapi masih aman untuk pengunjung yang mandi-mandian di pantai asalkan tidak memiliki alergi kulit," kata Akso. Dia menambahkan, petugas Pertamina pun setiap hari terus mengontrol kondisi perairan di Pantai Bali 2 dan sekitarnya.
Sementara itu, salah seorang nelayan, Cabik, mengatakan, untuk penangkapan ikan kakap seperti yang biasa dilakukannya di perairan Balongan, hingga kini belum bisa kembali dilakukan. Menurutnya, saat dicoba untuk dijaring, ikan kakap tidak ada.
"Hasil tangkapan ikan kakap beda-beda, bisa sampai sepuluh kilogram per hari," terang Cabik.
Selain ikan kakap, Cabik juga biasa menjaring rebon (udang kecil) di perairan Balongan. Setelah sempat juga menghilang akibat bau solar, rebon diakuinya mulai kembali muncul meski belum banyak.
Saat ini, di perairan Balongan sedang musim rebon. Bahkan, nelayan dari daerah lain juga kerap mencari rebon ke perairan Balongan.
Biasanya, saat sedang musim rebon seperi sekarang, hasil tangkapan rebon nelayan bisa mencapai satu kuintal per hari. Namun kini, hanya sekitar 20 kilogram per hari. "Sejak ada (pencemaran solar) ini, rebon tidak mau ke pinggir," tutur Cabik.
Seperti diketahui, Pertamina telah mengakui terjadinya rembesan dari Pipa SPL SPM 150.000 DWT di Perairan Jetty Cargo Integrated Terminal Balongan. Rembesan itu diketahui terjadi ketika kapal tanker yang membawa produk jenis solar melakukan proses discharging ke Tangki Integrated Terminal Balongan. Rembesan itu menyebabkan pencemaran di Pantai Bali 2.
Dihubungi terpisah, Section Head Pertamina Patra Niaga Regional Jawa Bagian Barat, Fahrougi Andriani Sumampaw, menjelaskan, pascakejadian itu, tim Pertamina terus berupaya menanggulangi rembesan. Mereka juga memonitor beberapa titik lokasi seperti Pantai Bali 2, Pantai Tirta Ayu dan beberapa titik di wilayah pantai lainnya agar rembesan tidak meluas.
"Alhamdulillah saat ini perbaikan sudah selesai dilakukan. Sampai dengan sekarang, kami terus memantau lokasi perairan dan akan melakukan uji alir untuk memastikan bahwa upaya perbaikan tersebut sudah optimal dilaksanakan," kata Fahrougi, dalam pesan singkatnya kepada Republika, Rabu (23/3).
Fahrougi mengungkapkan, Pertamina melalui Integrated Terminal Balongan siap bertanggung jawab terhadap areal terdampak berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan Dinas Lingkungan Hidup dan hasil verifikasi pihak berwenang.
Untuk itu, Pertamina pun telah mengadakan pertemuan dengan warga, yang difasilitasi Forkopimcam Balongan, untuk membahas hal tersebut. Namun, hingga kini belum tercapai kesepakatan antara warga dan Pertamina.