Senin 28 Mar 2022 12:07 WIB

Astronom Simulasikan Kelahiran Alam Semesta, Begini Pemodelannya

Cahaya pertama menyebar melalui kegelapan dalam periode yang disebut zaman reionisasi

Rep: Meiliza Laveda/ Red: Dwi Murdaningsih
Alam semesta
Foto: pixabay
Alam semesta

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kolaborasi astronom internasional telah menciptakan simulasi paling rinci tahap awal alam semesta. Simulasi tersebut dapat dilihat dalam video yang diunggah oleh Thesan Simulations berjudul “Internal 3D view of the gas density evolution in Thesan-1.” Simulasi juga dipublikasikan dalam jurnal Monthly Notices of the Royal Astronomical Society.

Dalam video yang diunggah menunjukkan cahaya pertama menyebar melalui kegelapan dalam periode yang disebut zaman reionisasi, sekitar 13 miliar tahun yang lalu. Ini merupakan periode ketika atom hidrogen terionisasi dan memungkinkan cahaya menyebar ke seluruh alam semesta seta galaksi paling awal terbentuk.

Baca Juga

Menurut para ilmuwan yang berasal dari Massachusetts Institute of Technology (MIT), Harvard University, dan Max Planck Institute for Astrophysics, periode ini kacau dan sulit untuk dimodelkan.

 

“Kebanyakan astronom tidak memiliki laboratorium untuk melakukan eksperimen. Skala ruang dan waktu terlalu besar sehingga satu-satunya cara kita bisa melakukan eksperimen adalah di komputer. Kami dapat mengambil persamaan fisika dasar dan mengatur model teoretis untuk mensimulasikan apa yang terjadi di alam semesta awal,” kata Astrofisikawan di Center for Astrophysics di Harvard dan Penulis Rahul Kannan dalam sebuah pernyataan, dilansir DigitalTrends, Senin (28/3/2022).

Tim peneliti menciptakan simulasi paling rinci hingga terbentuk alam semesta sampai saat ini yang meliputi area seluas 300 juta tahun cahaya dan berjalan melalui miliaran tahun pertama setelah Big Bang.

Karena ini terjadi begitu lama, sangat sulit untuk mengamati bukti dari periode ini. Namun, teleskop baru seperti James Webb Space Telescope (JWST) akan dapat melihat galaksi yang sangat jauh. Mereka berharap teleskop yang lebih baru ini dapat mengumpulkan data yang dapat dibandingkan dengan simulasi mereka.

“Banyak teleskop yang online, seperti JWST yang dirancang khusus untuk mempelajari zaman ini. Di situlah simulasi kami masuk dan mereka akan membantu kami menafsirkan pengamatan nyata dari periode ini dan memahami apa yang kami lihat,” ujarnya.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement