REPUBLIKA.CO.ID, INDRAMAYU -- Ratusan warga dari tiga blok di Desa/Kecamatan Balongan menggeruduk gerbang utama Pertamina Integrated Terminal Balongan, Kabupaten Indramayu, Senin (28/3) sekitar pukul 11.30 WIB. Mereka menuntut ganti rugi terkait pencemaran solar di perairan Balongan.
Adapun warga di tiga blok itu, yakni Blok Balongan, Blok Pesisir dan Blok Kesambi. Warga yang menggelar aksi tersebut merupakan nelayan, petambak dan pedagang beserta keluarga mereka yang terdampak pencemaran solar.
Warga sebelumnya menggruduk Balai Desa Balongan. Namun, karena tidak ada keputusan, mereka memutuskan untuk menggeruduk Integrated Terminal Balongan.
Berdasarkan pantauan Republika, warga berjalan kaki menuju Integrated Terminal Balongan yang berjarak sekitar 350 meter dari balai desa. Setelah sampai, warga langsung menggedor-gedor pintu gerbang dan berusaha menerobos masuk.
Sempat terjadi aksi saling dorong pintu gerbang antara warga yang memaksa untuk masuk dan petugas pengamanan di dalam, yang berusaha mempertahankan pintu gerbang tersebut. Aksi itu berlangsung secara spontanitas hingga belum ada polisi yang berjaga.
Ketegangan mereda setelah terdengar suara adzan Duhur. Warga pun menepi. Namun, mereka memutuskan untuk memasang tenda dan memilih bertahan hingga tuntutan mereka dikabulkan.
Hingga berita ini ditulis pukul 12.30 WIB, proses pemasangan tenda sedang dilakukan. Pemasangan tenda dilakukan tepat di depan pintu gerbang Integrated Terminal Balongan.
Salah seorang warga, Akso Surya Darmawangsa, mengatakan, pencemaran solar sudah berlalu sejak dua pekan lalu. Pertemuan dengan pihak Pertamina pun telah dilakukan beberapa kali. Namun, hingga kini tuntutan warga belum dikabulkan.
"Warga sudah capek. Sudah beberapa kali pertemuan, tapi belum ada keputusan," kata pria yang juga menjadi pengelola objek wisata Pantai Balongan Indah 2 (Bali 2) tersebut.
Akso menyebutkan, pencemaran sebelumnya pernah terjadi pada 2019 dan tidak ada titik terang. Setelah itu, pencemaran kembali terjadi berupa crude oil pada 2020 dan saat itu tidak ada keputusan.
"Kali ini, tahun 2022, kembali terjadi pencemaran. Sudah beberapa kali menggelar pertemuan tapi belum ada keputusan," tukas Akso.
Sementara itu, selain mendirikan tenda, warga juga mengancam akan mendirikan dapur umum. Mereka menyatakan akan patungan untuk membiayai pendirian tenda dan pembuatan dapur umum.
Seperti diketahui, pencemaran solar di perairan Balongan terjadi dua pekan lalu. Pertamina pun telah mengakui terjadinya rembesan dari Pipa SPL SPM 150.000 DWT di Perairan Jetty Cargo Integrated Terminal Balongan. Rembesan itu terjadi ketika kapal tanker yang membawa produk jenis solar melakukan proses discharging ke Tangki Integrated Terminal Balongan.