Senin 28 Mar 2022 16:51 WIB

NFA Sebut Harga Daging Ayam Mulai Alami Kenaikan

Berdasarkan PIHPS, rata-rata nasional daging ayam ras segar naik 0,14 persen.

Rep: Dedy Darmawan Nasution/ Red: Fuji Pratiwi
Pedagang menjual daging ayam potong di Pasar Gede Solo, Jawa Tengah, Senin (21/3/2022). Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) menyampaikan, early warning system (EWS) pangan yang dimiliki NFA mulai menunjukkan tren kenaikan harga daging ayam ras.
Foto: ANTARA/Maulana Surya/wsj.
Pedagang menjual daging ayam potong di Pasar Gede Solo, Jawa Tengah, Senin (21/3/2022). Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) menyampaikan, early warning system (EWS) pangan yang dimiliki NFA mulai menunjukkan tren kenaikan harga daging ayam ras.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Badan Pangan Nasional (National Food Agency/NFA) menyampaikan, early warning system (EWS) pangan yang dimiliki NFA mulai menunjukkan tren kenaikan harga daging ayam ras. Namun, NFA memastikan stabilisasi harga dan pasokan akan dilakukan khusus di wilayah-wilayah yang mengalami gejolak.

"Early warning system sudah kita bangun, jadi manakala ada yang kecenderungan naik kita bisa tahu, sekarang yang sudah mulai naik adalah daging ayam," kata Kepala Pusat Ketersediaan dan Kerawanan Pangan, NFA, Andriko Noto Susanto dalam webinar FMB9, Senin (28/3/2022).

Baca Juga

Berdasarkan Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS), rata-rata nasional daging ayam ras segar dihargai Rp 36.500 per kg, atau naik 0,14 persen dari hari sebelumnya. Adapun berdasarkan acuan harga pemerintah diatur sebesar Rp 35 ribu per kg di tingkat konsumen.

Ia memaparkan berdasarkan prognosis neraca daging ayam, produksi Januari-Mei diperkirakan mencapai 1,72 juta ton serta stok awal tahun 2022 sekitar 20 ribu ton sehingga total ketersediaan mencapai 1,74 juta ton.

Adapun, kebutuhan pada periode yang hanya berkisar 1,38 juta ton sehingga diproyeksi terdapat surplus 355,7 ribu ton. Produksi ayam dalam negeri pun cukup bahkan surplus sehingga tidak diperlukan impor.

Andriko menjelaskan, mobilisasi pasokan pangan dari wilayah surplus ke defisit pasti akan dilakukan. Pemerintah juga siap memberikan fasilitasi transportasi logistik dalam mobilisasi itu.

Sebab, mahalnya harga pangan yang diterima konsumen juga tak lepas dari biaya transportasi antar daerah yang mahal. Dengan cara itu, perbedaan pasokan dan harga antara daerah surplus dan defisit itu tidak terlalu tinggi.

"Jadi cadangan pangan yang ada itu harus bisa terkonfirmasi agar pada saatnya dibutuhkan kita sudah punya amunisi," kata dia.

 

 

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement