REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Harga daging ayam ras dari tingkat peternak mulai mengalami kenaikan. Peternak pun berharap, momen Ramadhan dan Idul Fitri tahun ini bisa membantu peternak untuk memulihkan usahanya setelah kerugian berkepanjangan yang dialami akibat jatuhnya harga.
Ketua Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat Indonesia (Pinsar) wilayah Jawa Tengah, Pardjuni, mengatakan, harga di tingkat peternak saat ini idealnya di antara Rp 22 ribu sampai Rp 24 ribu per kilogram (kg).
"Kita harapkan di bulan puasa harga tetap di atas Rp 20 ribu per kilogram," kata Pardjuni kepada Republika.co.id, Senin (28/3/2022(.
Pardjuni mengatakan, posisi permintaan saat ini mulai mengalami kenaikan seiring dampak negatif Covid-19 yang mulai terkendali. Karena itu, Pinsar pun telah meminta Kementerian Pertanian untuk mencabut surat edaran kepada perusahaan pembibitan dalam melakukan pemangkasan bibit ayam guna mengurangi surplus yang terlalu besar.
Menurutnya, dihentikannya pemangkasan bibit ayam juga akan membantu menurunkan harga bibit ayam yang diterima peternak. Pasalnya, kebijakan pemangkasan itu meski ditujukan untuk mengendalikan populasi berlebih, tetap membuat harga bibit jadi mahal.
Saat ini, harga bibit ayam tembus antara Rp 7.500 per kg hingga Rp 8 ribu per kg dari harga acuan pemerintah sebesar Rp 5 ribu - Rp 6 ribu per kg.
Kondisi itu juga, kata Pardjuni, yang ikut mendorong kenaikan harga daging ayam ras, selain permintaan yang mulai pulih."Jadi harga tinggi saat ini karena memang harga sarana produksi peternakan ikut naik," katanya.
Tercatat, rata-rata harga pokok produksi ayam sekarang sudah Rp 20 ribu-Rp 21 ribu per kg, dari sebelumnya Rp 18.500-Rp 19 ribu per kg. Itu sebabnya, harga jual daging ayam ras pun sudah lebih tinggi.
Pardjuni mengatakan, jika harga bibit ayam kembali turun, tentunya harga jual daging ayam dari peternak juga bisa menurun, setidaknya minimal ke level Rp 20 ribu per kg. Ia menilai, dengan tingkat harga jual itu masih menguntungkan dan aman bagi usaha peternak.