REPUBLIKA.CO.ID, YERUSALEM -- Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) langka yang diselenggarakan Israel dengan mitra Arab berakhir pada Senin (28/3/2022). KTT ini akan menjadi acara rutin. Hal ini disampaikan Menteri Luar Negeri (Menlu) Israel, Yair Lapid, sambil mengundang orang-orang Palestina untuk bergabung.
"Tadi malam kami memutuskan untuk menjadikan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Negev menjadi forum permanen," kata Yair Lapid bersama rekan-rekannya dari Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Maroko, Mesir, dan Amerika Serikat (AS).
"Kami hari ini membuka pintu di hadapan semua orang di kawasan itu, termasuk Palestina, dan menawarkan mereka untuk menggantikan jalan teror dan penghancuran dengan masa depan kemajuan dan kesuksesan bersama," ujar Yair Lapid, dilansir dari laman Reuters, Senin (28/3).
Dua hari sebelumnya, diberitakan Reuters bahwa Israel akan menjadi tuan rumah konferensi regional bersejarah yang melibatkan lima negara. Hal ini diungkapkan Menlu Israel pada Jumat (25/3/2022).
Konferensi itu berlangsung ketika pembicaraan untuk menghidupkan kembali kesepakatan nuklir dengan Iran masih dalam ketidakpastian.
"Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken dan para menteri luar negeri Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, dan Maroko akan tiba di Israel untuk serangkaian pertemuan diplomatik pada Ahad dan Senin," kata Yair Lapid dalam sebuah pernyataannya.
UEA dan Bahrain menormalkan hubungan dengan Israel pada 2020 di bawah kesepakatan yang ditengahi AS yang dikenal sebagai Kesepakatan Abraham, yang menciptakan dinamika regional baru berdasarkan keprihatinan bersama mengenai Iran. Maroko mengikutinya tahun lalu dan kedua negara menandatangani nota kesepahaman tentang kerja sama militer pada Jumat, kata juru bicara tentara Israel (divisi media Arab) Avichay Adraee di Twitter.