Selasa 29 Mar 2022 06:10 WIB

Korban Kelompok Teroris Papua Lettu Marinir M Iqbal Dikenal Anak Sholeh

Lettu Iqbal gugur akibat serangan granat yang dilontarkan KST pimpinan Egianus Kogoya

Rep: Antara/ Red: Erik Purnama Putra
Ucapan duka cita dari Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa untuk Lettu Anumerta Marinir Muhammad Iqbal.
Foto: Istimewa
Ucapan duka cita dari Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa untuk Lettu Anumerta Marinir Muhammad Iqbal.

REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Almarhum Letnan Satu (Lettu) Anumerta Marinir Muhammad Iqbal yang gugur akibat serangan kelompok separatis teroris (KST) Papua di Kabupaten Nduga, Sabtu (26/3/2022) sore WIT, dikenal sebagai anak baik dan sholeh. Alung Faisal (21 tahun), sepupu satu kali korban ditemui di rumah duka di Desa Anggotoa, Kecamatan Wawotobi, Kabupaten Konawe, Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), Senin, bercerita, sosok almarhum semasa hidup selalu berbuat baik kepada keluarga.

"Almarhum rajin shalat, baik sekali sama keluarga, penampilannya biasa-biasa saja, tidak sombong," kata Alung sambil menahan kesedihan. Dia mengaku, bersama keluarga merasa sangat sedih atas kepergian Lettu M Iqbal yang gugur akibat serangan KST pimpinan Egianus Kogoya, dengan menggunakan pelontar granat. Selain Iqbal, personel Marinir satunya yang menjadi korban adalah Pratu Mar Wilson Anderson Here.

Baca Juga

"Kami sangat kehilangan sekali, bahkan ibunya kemarin pas dengar kabar sepupu meninggal langsung pingsan, bapak almarhum tahan air mata," kata Alung.

Ipar almarhum bernama Kaharuddin ditemui usai pemakaman rumah duka di Desa Anggotoa, mengatakan, adik iparnya merupakan sosok yang sangat baik. "Kalau di mata keluarga almarhum itu jujur sangat-sangat istimewa. Selain itu almarhum juga sebagai penopang keluarga, keluarga sangat sayang mencintai almarhum," kata Kaharuddin.

Dia menyebut, yang berkesan dari almarhum semasa hidupnya, yakni sangat perhatian dengan keluarga bukan hanya kepada orang tua, juga saudara, kemanakan, bahkan kepada sepupunya. Kaharuddin bercerita, almarhum sering menelpon saat menjalankan tugas hanya untuk menanyakan kabar dan mengkonfirmasi apakah sudah makan atau belum.

"Meski sibuk apapun beliau sering sempatkan diri menelepon keluarga, hampir setiap hari. Pagi sebelum kejadian malam itu, kita sudah menelpon dengan almarhum," tutur Kaharuddin. Dia menjelaskan, almarhum merupakan anak keempat dari empat orang bersaudara pasangan dari ibu Hartini yang berprofesi sebagai guru dan Bapak Maris yang berprofesi sebagai petani bahkan serabutan.

Selain itu, menurut Kaharuddin, almarhum memang bercita-cita menjadi seorang prajurit TNI sejak kecil. "Memang cita-cita almarhum itu sejak kecil ingin menjadi tentara, itu masih zaman SD, TK bahkan sampai SMP itu kalau lewat penjual kokek-kokek (penjual mainan anak-anak) itu berapa yang lewat, itu yang singgah dan selalunya hanya beli mainan tentara-tentara itu," katanya.

Jenazah M Iqbal yang gugur akibat serangan KST dimakamkan dipemakaman umum keluarga sekitar 30 meter di belakang rumah duka. Pemakaman dilakukan secara militer yang dipimpin langsung Komandan Lantamal (Danlantamal) VI Makassar Laksamana Pertama Benny Sukandar. Kedua orang almarhum ibu Hartini dan Bapak Maris turut menyaksikan pemakaman anak keempat mereka yang lahir pada 26 November 1994.

Tak hanya itu, calon almarhum yang bernama Jasinta Firda Pertiwi juga menyaksikan pemakan orang dicintainya. Keluarga dan kerabat juga memadati lokasi pemakaman almarhum.

BACA JUGA: Ikuti News Analysis News Analysis Isu-Isu Terkini Perspektif Republika.co.id, Klik di Sini
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement