Presiden Palestina Terima Kunjungan Raja Yordania
Rep: Kamran Dikarma/ Red: Fernan Rahadi
Presiden Palestina Mahmoud Abbas (kedua kanan) menerima kunjungan dari Raja Yordania, King Abdullah II di Ramallah, Senin (28/3/2022) waktu setempat. | Foto: AP/Nasser Nasser
REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH – Presiden Palestina Mahmoud Abbas menyambut kunjungan Raja Yordania Abdullah II dan Putra Mahkota Yordania Al Hussein bin Abdallah II di istana kepresidenan Palestina di Ramallah, Senin (28/3). Mereka membahas sejumlah isu, termasuk perjuangan Palestina melawan pendudukan Israel.
Abbas mengatakan, dia merasa terhormat dikunjungi Raja Abdullah II dan putranya. “Kami senang melihat Anda di negara kedua Anda, Palestina, untuk membahas banyak isu serta melanjutkan konsultasi di antara kita. Kami ingin menjaga komunikasi yang konstan, baik melalui kunjungan atau lewat kontak di antara kita,” ucap Abbas, dikutip laman kantor berita Palestina, WAFA.
Menurut Abbas, Yordania dan Palestina adalah satu. Hal itu karena kedua negara memiliki kepentingan, perhatian, dan harapan yang sama. “Jadi kami selalu menyambut kunjungan penting seperti ini, dan ini adalah kunjungan yang sangat penting untuk konsultasi serta berbicara tentang apa yang sedang berlangsung,” katanya.
Dia pun mengapresiasi dukungan Yordania terhadap isu Palestina. “Posisi Yordania dalam masalah Palestina adalah posisi Palestina. Kami tahu bahwa instruksi Yang Mulia (Raja Abdullah II) bahwa segala sesuatu yang berkaitan dengan Palestina tidak direvisi, tapi segera dilaksanakan,” ucapnya.
"Posisi asli Yordania ini adalah kehormatan besar bagi kami, jadi hari ini kami duduk untuk berbicara dan berkonsultasi untuk mendengar pendapat bijak Anda,” kata Abbas menambahkan.
Sementara itu, Raja Abdullah II menegaskan, negaranya akan selalu membela Palestina dan hak-hak rakyatnya. “Kami mendukung kalian setiap saat, terlepas dari semua tantangan,” ujarnya.
Dia kembali mengingatkan bahwa kawasan Timur Tengah tidak dapat menikmati keamanan dan stabilitas tanpa solusi adil untuk masalah Palestina berdasarkan solusi dua negara. Solusi tersebut menjamin pembentukan negara Palestina merdeka di perbatasan 1967 dengan Yerusalem Timur sebagai ibu kotanya.
Raja Abdullah II menekankan perlunya menghentikan semua tindakan sepihak, terutama di Yerusalem dan al-Haram al-Sharif (tempat suci Masjid Al-Aqsa). Sebab langkah semacam itu dapat menghambat peluang tercapainya perdamaian komprehensif dan permanen di kawasan tersebut.